oleh: Andreas Lako – Guru Besar Akuntansi; Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Unika Soegijapranata, Semarang
”Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/ kota, pelaku usaha serta kalangan masyarakat Jateng agar tak perlu terlalu cemas dan pesimistis dalam merespon hasil rilis BPS pada 5 dan 15 Februari 2021 lalu.”
Seperti telah diprediksi sebelumnya, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Februari 2021 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah (Jateng) pada 2020 minus 2,65 persen.
Sementara rilis BPS pada 15 Februari 2021 menunjukkan bahwa akibat anjloknya pertumbuhan ekonomi pada 2020 karena dililit Covid-19, jumlah penduduk miskin Jateng pun bertambah banyak dari 3,69 juta orang (10,58%) pada September 2019 menjadi 4,12 juta orang (11,84%) pada September 2020. Dengan demikian, selama ”tahun Covid-19” 2020, jumlah penduduk miskin Jateng bertambah sekitar 440 ribu orang (11,96%). Saya menduga, pasca rilis BPS tersebut, banyak pemerintah daerah dan kalangan masyarakat Jateng menjadi semakin kuatir dan cemas. Karena belitan Covid-19 masih terus berlanjut hingga saat ini dan sangat mungkin akan terus berlanjut hingga akhir 2021, mereka kuatir kinerja pertumbuhan ekonomi dan jumlah kemiskinan Jateng pada 2021 juga akan semakin memburuk. Meski kekuatiran itu bisa dipahami, namun saya mengingatkan bahwa kondisi ekonomi Jateng dalam beberapa bulan terakhir tidak seburuk seperti yang divisualisasikan dalam angka-angka rilis BPS. Karena itu, para pihak tak perlu cemas berlebihan dalam merespon hasil rilis BPS. Mengapa?
Mulai pulih
Kalau mencermati rilis BPS yang menyatakan pertumbuhan ekonomi Jateng secara tahunan pada 2020 minus 2,65 persen, kekuatiran bahwa kondisi perekonomian pada 2021 akan semakin memburuk dan implikasi negatifnya terhadap kemiskinan akan semakin mendalam bisa dipahami. Namun, apabila kita cermati tren kinerja ekonomi dan implikasinya secara triwulan, maka kekuatiran tersebut terlalu berlebihan. Mengapa begitu?
Jawabnya, karena secara triwulan (Q to Q), tren kinerja ekonomi Jateng sesungguhnya mulai berangsur pulih. Dari hasil rilis BPS, terlihat juga bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng mulai berangsung pulih pada Triwulan III dan IV 2020. Setelah sempat anjlok pada Triwulan II 2020 yaitu minus 5,16 persen, pertumbuhan ekonomi Jateng pada Triwulan III bertumbuh 4,66 persen. Pada Triwulan IV, pertumbuhan ekonomi Jateng memang merosot kembali ke minus 1,89 persen. Namun harus diingat, penurunan itu lebih banyak disebabkan oleh anjloknya pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (minus 21,65%) akibat faktor musiman. Selain pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian juga bertumbuh minus 2,55 persen. Sementara itu, 15 sektor atau lapangan usaha lainnya semuanya bertumbuh positif. Yang sangat menggembirakan adalah sektor industri pengolahan dan perdagangan sebagai penyumbang terbesar pertama dan ketiga dalam struktur nilai ekonomi (PDRB) Jateng. Selama Triwulan II dan III tahun 2020 pertumbuhan dua sektor usaha tersebut selalu minus. Namun pada Triwulan IV2020, nilai ekonominya mulai bertumbuh positif yaitu 0,98 persen dan 1,85 persen. Demikian pula sektor transportasi pergudangan, penyediaan akomodasi, dan makanan dan minuman, konstruksi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya.
Selama Triwulan II dan III, sektor-sektor usaha tersebut pertumbuhannya selalu minus, namun pada Triwulan IV 2020 kinerja pertumbuhannya mulai positif. Tren pertumbuhan yang mulai positif tersebut tentu saja menjadi berita baik dan gembira (good news) buat kinerja perekonomian dan ketenagakerjaan Jateng yang sempat terpuruk pada semester I 2020. Selain itu, tren pertumbuhan yang mulai berangsur positif itu juga memberi sinyal optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2021 akan menjadi lebih baik dibanding 2020.
Implikasi positif
Mulai berangsur pulihnya kinerja perekonomian Jateng pada pada Semester II 2020 berimplikasi positif pada pemulihan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Walaupun dalam rilis BPS pada 15 Februari 2021 lalu menunjukkan bahwa jumlah kemiskinan Jateng pada September 2020 meningkat menjadi 11,84 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (10,58%), namun jumlah kenaikannya pada April-September 2020 yaitu hanya 140 ribu orang (0,43%). Kenaikan itu jauh lebih rendah dibanding kenaikan pada periode Oktober 2019-Maret 2020 yaitu 300 ribu orang (0,83%). Selain itu, dalam rilis BPS pada 15 Februari 2020 juga menunjukkan bahwa Rasio Gini Jateng, yaitu pengukur ketimpangan pengeluaran antarkelompok masyarakat perdapatan tinggi, menengah dan rendah, pada September 2020 juga hanya sedikit mengalami kenaikan dibanding periode September 2019. Pada September 2019, Rasio Gini Jateng adalah 0,358; sementara pada September 2020 rasionya adalah 0,359 atau naik tipis 0,001. Besaran Rasio Gini tersebut menunjukkan bahwa meski kehidupan sosial ekonomi rakyat Jateng dililit Covid-19 selama 2020 sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi anjlok, kemiskinan meningkat dan pengangguran terbuka meningkat, namun hal tersebut tidak otomatis menyebabkan ketimpangan sosial-ekonomi antarkelompok masyarakat kian melebar besar. Bisa jadi, hal mengembirakan itu disebabkan karena intervensi berkelanjutan dari pemerintah melalui jaring pengaman sosial, bansos, dan bantuan kepada para pelaku UMKM, serta terjadinya sinergi dan kohesif sosial yang semakin kuat dalam lapisanmasyarakat Jateng. Dalam hal Rasio Gini, Jateng juga patut bersyukur karena besarannya adalah yang paling rendah di pulau Jawa. Selain itu, kalau dibandingkan Rasio Gini pada Maret 2020 sebesar 0,362, maka penurunan Rasio Gini pada September 2020 sebesar 0,003 menunjukkan bahwa tren pemulihan ekonomi pada Semester II tahun 2020 berimplikasi positif pada penurunan ketimpangan ekonomi antarkelompok masyarakat Jateng.
Berdasarkan uraian di atas, maka saya optimis Jateng pasti akan pulih. Karena itu, saya menghimbau kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, pelaku usaha serta kalangan masyarakat Jateng agar tak perlu terlalu cemas dan pesimistis dalam merespon hasil rilis BPS pada 5 dan 15 Februari 2021 lalu. Marilah kita tetap memupuk optimisme dan bersinergi untuk melakukan hal-hal positif untuk mendorong kondisi sosial-ekonomi Jateng semakin lebih baik dan bermakna. Jateng pasti pulih! (15)
sumber: https://www.suaramerdeka.com/news/opini/255285-sinyal-pemulihan-ekonomi-jateng?page=all
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi