Masa pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat mahasiswa dan cititas akademika Unika Soegijapranata Semarang untuk terus berkreasi. Itu dibuktikan dengan pembuatan buku berisikan 600 surat.
Hebatnya, buku bertajuk 600 Surat untuk Indonesia itu ditulis 600 mahasiswa dan pelajar dari seluruh Indonesia. Hebatnya lagi, tulisan surat mereka dikumpulkan hanya dalam waktu 2 minggu. Menariknya, buku setebal 1.240 halaman ini tidak dicetak, melainkan dibagikan gratis dalam bentuk e-Book.
Irfan P Hura dari BEM Unika mengatakan bahwa awal pertama munculnya ide pembuatan buku ini merupakan kerinduan mahasiswa, BEM Unika, apa yang harus diberikan, ditinggalkan di masa pandemi.
Dari offline ke online, sehingga pola gerak mahasiswa semakin diperkecil. Hal itu mendorongnya untuk menjauh dari zona nyaman.
“Ide pertama mau buat 1000 buku untuk anak yatim dan kedua 1000 surat untuk Indonesia. Setuju dengan ide kedua, namun mengingat waktu yang singkat pada bulan Maret menurunkan 1000 jadi 500 surat.
Persiapan seminggu pembuatan poster dan segala macamnya dan hasilnya dalam 2 minggu lebih 600 surat dari Indonesia,” kata Irfan, Selasa (4/5/2021).
“Kami berharap dengan adanya buku ini pelajar maupun mahasiswa yang ada di seluruh Indonesia tidak ragu-ragu lagi untuk melangkah. Kami harapkan dengan buku ini semakin lebih kreatif lagi di masa pandemi kita bisa keluar dari zona nyaman dan semakin bangga menjadi Indonesia,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unika Victoria Kristina Ananingsih mengatakan, 600 Surat untuk Indonesia ini ditulis oleh pelajar dan mahasiswa dari SMA/SMK, perguruan tinggi seluruh Indonesia untuk memberikan ide-ide, inspirasi, semangat dan tekad dari generasi muda untuk kemajuan NKRI.
“Jadi adik-adik pelajar mahasiswa dari seluruh Indonesia bersama-sama menyatukan tekadnya. Dan mereka tidak memandang perbedaan tapi bersama-sama bahu membahu untuk bisa nantinya bertekad mengembangkan dan memajukan NKRI,” kata Victoria.
“Ini sungguh luar biasa, semua inspirasi tekad itu disatukan dalam bentuk buku 600 surat untuk Indonesia yang ternyata diberi penghargaan oleh Leprid,” katanya.
Menurutnya, dari 600 surat tersebut memberikan harapan bahwa mahasiswa dan pelajar nantinya yang akan menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia.
“Jadi walau dalam kondisi apapun seperti pandemi , Indonesia sedang mengalami tantangan yang banyak tapi itu tidak menghalangi, sesuai yang dilakukan,” ujarnya.
Sementara, Ketum dan Pendiri Leprid Paulus Pangka mengatakan Leprid mengapresiasi pembuatan buku 600 surat untuk Indonesia yang dibuat pelajar dan mahasiswa seluruh Indonesia.
“Tentunya ini menginspirasi bagi kita semua, kepedulian dari teman-teman semua dalam bidang pendidikan Indonesia,” kata Paulus. “Ini merupakan cara terbaik dalam rangka untuk menyampaikan pendapat kepada negara dengan melalui surat. Tapi ini cara yang edukatif yaitu menulis surat untuk Republik,’ ujarnya.