Geliat UMKM untuk berkembang dalam kondisi pandemi terlihat nyata pada UMKM yang menjadi dampingan mahasiswa KKN Pandemika 4 Unika Soegijapranata. Para pelaku UMKM tersebut menunjukkan semangat untuk dan tidak hanya mempertahankan usaha tetapi juga mengembangkan usaha dengan mencari upaya-upaya yang bisa mendukung usaha mereka tetap bisa berjalan.
Kehadiran mahasiswa KKN Pandemika 4 nampaknya bisa menjadi motivator dan inspirator bagi para pelaku UMKM tersebut. Hal ini nampak nyata pada UMKM yang didampingi kelompok 17-21. UMKM yang didampingi merupakan pelaku usaha di bidang makanan, yaitu ayam laos (kelompok 17), lunpia (kelompok 18), warung soto (kelompok 19), teh daun kelor (kelompok 20), dan ayam geprek (kelompok 21). Kelima UMKM tersebut merupakan UMKM di bawah pembinaan PSE Gereja Karangpanas Semarang. Kerjasama antara Gereja Karangpanas dan Unika Soegijapranata memungkinkan terjadinya pendampingan pelaku UMKM tersebut oleh mahasiswa KKN. Tiap pelaku UMKM didampingi oleh 1 kelompok mahasiswa yang terdiri dari 6 orang dari berbagai bidang studi.
Sebenarnya para pelaku usaha ini sudah mendapat pendampingan dari progran KKN Pandemika sebelumnya. Karena merasakan adanya manfaat bagi pengembangan usaha, mereka menghendaki untuk didampingi lebih lanjut sehingga usaha dapat terus dikembangkan. Mereka menyatakan bahwa pendampingan mahasiswa memberikan motivasi bagi mereka untuk tidak berhenti berusaha terutama di tengah kondisi pandemi covid-19 ini. Kehadiran mahasiswa KKN dinilai memberikan inspirasi kepada mereka terkait dengan upaya-upaya kreatif yang ditawarkan mahasiswa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usaha yang sebelumnya tidak terpikirkan atau tidak bisa dilakukan.
Kegiatan pendampingan oleh kelompok mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan UMKM terkait berdasar hasil observasi di awal kegiatan KKN. Kebutuhan dan program kegiatan kemudian didiskusikan bersama dengan pelaku UMKM yang didampingi sebelum benar-benar dilaksanakan sehingga hasil kegiatan bisa memberikan manfaat kepada UMKM bersangkutan.
Kelompok 17 yang diketuai oleh Maryam Fajriana (Arsitektur) mendampingi ibu Bertha yang ingin mengembangkan usaha ayam laosnya. Melihat potensi penjualan ayam laos yang tinggi, Bu Bertha bermaksud mengembangkan usahanya dari kue kering dan nasi kotak yang sudah dilakukan sebelumnya dengan menawarkan ayam laos. Mahasiswa hadir dengan membantu pengembangan produk, pengemasan, dan promosi supaya ayam laos bu Bertha bisa ditawarkan kepada konsumen yang lebih luas. Pengembangan produk dilakukan untuk mengetahui penilaian calon konsumen tentang rasa, tekstur, dan ukuran produk yang dikehendaki. Untuk ini mahasiswa melakukan product testing kepada calon konsumen dan mencatat pendapat mereka, termasuk kemungkinan pembelian dalam potongan sekali santap atau utuh. Hal ini nanti akan berpengaruh terhadap harga jual yang juga akan dibantu untuk ditetapkan berdasar harga pokok produksi (HPP). Pengemasan yang bisa membuat produk tahan lebih lama dan menarik termasuk branding juga dicari bersama antara bu Bertha dan mahasiswa. Promosi online menjadi salah satu upaya yang disampaikan mahasiswa kepada bu Bertha untuk membantu penjualan dalam lingkup yang lebih luas mengingat selama ini konsumen hanya berasal dari teman/kenalan dan orang-orang di lingkungan sekitar.
Pemasaran juga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha lunpia yang didampingi kelompok 18 yang diketuai oleh Jerico Kusuma Putra (DKV). Usaha ini sudah berjalan beberapa tahun, tetapi penjualan juga masih terbatas pada kenalan dan orang sekitar. Walaupun Pak Ivan sebagai pengusaha sudah melakukan promosi online (Instragram) dan lunpia sudah terjual sampai ke luar kota dan luar pulau Jawa, tetapi pemesanan masih terbatas pada kenalan. Terkait hal ini, mahasiswa membantu di bidang pemasaran melalui peningkatan pemasaran online, pengadaan signage, perbaikan kemasan, dan pengurusan P-IRT. Pemasaran melalui Instagram masih rendah tingkat ‘like’, maka inovasi perlu dilakukan untuk meningkatkan like dan insight. Sementara itu, signage dimaksudkan untuk memudahkan pembeli, termasuk pengemudi online, dapat dengan mudah menemukan lokasi rumah pak Ivan yang letaknya memang agak jauh dari jalan utama. Disamping untuk meningkatkan daya tarik produk kepada konsumen, perbaikan kemasan ditujukan untuk melindungi lunpia supaya lebih tahan lama dan tidak rusak terutama bila dibawa/dikirim ke luar kota. P-IRT dinilai penting untuk meningkatkan pemasaran mengingat konsumen dan toko oleh-oleh dimana produk bisa titip jual mensyaratkan adanya P-IRT.
Warung soto Oma Sri didampingi kelompok 19 dibawah koordinasi Salvator Fulgens Salu (Komunikasi). Warung ini dilakukan oleh Ibu Sri dan Ibu Meita sebagai upaya mengembangkan usaha di tengah pandemi. Semula mereka berjualan nasi dan berbagai macam lauk, namun karena sepi pembeli akibat pandemi dan mempertimbangkan usia Ibu Sri yang sudah agak lanjut sehingga menjadi cepat lelah bila harus memasak banyak macam makanan, maka mereka memutuskan untuk berspesialisasi pada soto dan pelengkapnya. Nilai ‘persaudaraan’ atau ‘kemanusiaan’ yang dianut terutama oleh ibu Sri membuat mereka memilih berjualan secara tradisional dimana orang datang langung ke warung dan bisa membeli dengan harga yang relatif murah. Penjualan online, seperti go-food tidak dilakukan karena bu Sri tidak mau konsumen harus membayar harga lebih mahal dengan pembelian online. Atas dasar kondisi ini, mahasiswa membantu memperbaiki kondisi warung sehingga lebih menarik dan aman bagi pembeli untuk makan di tempat. Penambahan sarana makan di tempat dilakukan untuk meningkatkan jumlah pembeli yang bisa makan di tempat namun tetap dapat menjaga jarak. Pengadaan sarana cuci tangan dilakukan untuk bisa memenuhi ketentuan prokes. Promosi secara tradisional dengan menyebarkan leaflet di lingkungan sekitar menjadi pilihan yang disepakati untuk dilakukan. Cara ini diharapkan dapat membantu kontinuitas usaha warung soto.
Sementara itu, kelompok 20 di bawah koordinasi Clara Pinkan Presila Ariesani (DKV) mendampingi Kelompok Wanita Tani (KWT) Sayuri yang diketuai Bu Uli. Kelompok mahasiswa memfokuskan pada peningkatan proses produksi teh daun kelor karena permintaan teh daun kelor yang relatif besar kadang tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan produksi yang masih mengandalkan pada sinar matahari dalam proses pengeringan. Kelompok mahasiswa membantu di dalam mengadakan mesin pengering sehingga keterbatasan tersebut dapat diatasi. Disamping itu, kelompok juga membantu di dalam mengelola kebun kelor yang dimiliki KWT sehingga pohon kelor dapat tumbuh lebih baik dan mendapatkan cahaya matahari yang sesuai. Adapun upaya yang dilakukan adalah mengurangi tanaman lain, seperti pohon pisang yang ada di kebun yang dinilai mengganggu pertumbuhan pohon kelor dan kebun bisa difokuskan untuk penanaman pohon kelor saja. Upaya pemasaran seperti kemasan dan promosi sudah dilakukan oleh mahasiswa KKN sebelumnya dan dinilai sudah mencukupi dan bisa dilanjutkan.
Kelompok 21 di bawah komando Faisal Mirza (Teknik Sipil) dengan pengusaha ayam geprek yang bernama mas Eko terlihat kompak di dalam menentukan dan menjalankan program yang disepakati bersama. Usaha ayam geprek yang diberi nama Papa Chicken ini sudah berjalan dengan relatif baik dan sudah dipasarkan secara online, namun penurunan penjualan selama pandemi mendorong mas Eko untuk mencari alternatif cara meningkatkan penjualan dan mencapai target penjualan yang ditetapkan. Walaupun Papa Chicken telah dipasarkan melalui Instagram dengan akun @papachicken.smg, namun mas Eko masih merasa promosi yang dilakukannya kurang menarik perhatian pembeli sehingga feedback masih sedikit. Ide-ide kreatif dan menarik yang dapat menunjang perluasan pemasaran menjadi fokus kegiatan mahasiswa, yaitu dengan menggunakan Instagram Ads, Facebook Ads, paid promote ke akun Instagram Kuliner Kota Semarang. Selalin itu, edukasi kepada Mas Eko dilakukan untuk memaksimumkan penggunaan media online sebagai media promosi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh mas Eko. Perbaikan kemasan juga dilakukan sebagai poin keunggulan yang akan ditawarkan yang berbeda dengan pesaing yang jumlahnya banyak, yaitu kemasan yang sehat, higienis, dan ramah lingkungan.
Antusiame para pelaku UMKM yang didampingi tersebut menunjukkan adanya optimisme terhadap perkembangan usaha mereka. Pandemi covid-19 nampaknya tidak mengendorkan motivasi mereka untuk mengembangkan usaha. Kehadiran mahasiswa pendamping dengan ide dan kreativitasnya dinilai sangat membantu melalui transfer of knowledge and ideas yang dimiliki mahasiswa kepada UMKM yang didampingi. Sebuah sinergi yang apik antara mahasiswa dan pelaku UMKM. Semoga semakin banyak kontribusi mahasiswa bagi perkembangan ekonomi negara. (Maria Y.D. Hayu Agustini)