Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Unika Soegijapranata menyelenggarakan kegiatan One Day Workshop yang diikuti oleh para dosen kampus Unika secara online pada hari Kamis (17/2) melalui ruang virtual Unika Soegijapranata.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Rektor Unika Soegijapranata Dr Ferdinandus Hindiarto MSi, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Dr Berta Bekti Retnawati MSi, demikian juga Kepala LP3 Unika Soegijapranata Dr Heny Hartono MPd.
Sementara narasumber yang hadir dalam acara workshop tersebut adalah Drs St Kartono MHum, yang akan mengupas tentang topik materinya yang berjudul ‘Menjadi Pendidik Transformatif’, dan narasumber lainnya adalah Dr Titik Kristiyani Spsi Psikolog
Dalam sambutannya, Dr Ferdinandus selaku Rektor Unika Soegijapranata kembali menyinggung tentang ‘Hoi Aristoi’.
“Mahasiswa Unika Soegijapranata dibekali dengan nilai-nilai yang diinspirasi oleh sosok Soegija Muda (Hoi Aristoi) untuk melestarikan dan merefleksikan Mgr Alb Soegijapranata yang menjadi patron Unika Soegijapranata melalui KKVPT (Kritis, Kreatif, Visioner, Peduli dan Tangguh),” ungkap Dr Ferdinandus.
Sementara dalam pembelajaran semester genap, diharapkan metode pembelajaran yang dirumuskan dalam Soegijapranata Learning Model (SLM) akan membawa para mahasiswa untuk mendapatkan manfaat dengan menggabungkan antara konten dan konteks yang dipadu dalam pembelajaran di perkuliahan.
Dan untuk mewujudkannya maka SLM akan dikawal dan terus dikembangkan oleh LP3 dan LPMA (Lembaga Pengembangan Mahasiswa dan Alumni), serta perlu keterlibatan secara penuh para dosen agar perkuliahan menjadi semakin menarik dan menyenangkan dengan persiapan materi yang baik terutama terkait konteksnya.
Dalam paparan materinya, Drs Kartono menekankan perlunya membangun Joyful Learning Model. “Ada sebuah pepatah latin ‘Nemo dat quod non habet’ yang berarti tidak seorang pun bisa memberi jika dirinya tidak memiliki. Kalimat ini bisa menjadi pengingat bagi para pengajar, bagaimana mewujudkan diri menjadi guru atau dosen yang gembira,” ucapnya.
Hal lain, kita juga perlu memurnikan motivasi, ketika memilih menjadi dosen. Tentu ada beragam motivasi, namun dari sekian banyak motivasi itu, diharapkan bisa membangkitkan harapan jauh ke depan dari mahasiswa kita.
Jika dianalogikan dengan petani, sawah dan benih, maka ketiga hal tersebut saling berhubungan, namun yang utama adalah sawah harus subur dan untuk menjadi subur maka harus ada upaya untuk selalu dipupuk, digemburkan, diolah dan diberi ruang nafas. Jika pendidikan itu adalah sawah, maka hasil tanaman itu adalah hasil pendidikan, hasil proses yang kita bangun dan ruang yang kita berikan kepada mahasiswa.
Sedang Dr Titik Kristiyani dengan paparan materinya yang berjudul “Contextual Learning in Andragogy Practices” mencoba menggali hal transformatif yang bersifat kontekstual dalam dunia pendidikan di masa pandemi.
“Jika kita bicara tentang contextual learning, maka kita berbicara tentang apa gagasan para mahasiswa tentang perguruan tinggi. Dan hal itu menjadi concern mereka, olehkarena itu perlu dipertemukan dengan pemikiran kita tentang contextual learning,” tuturnya.
Karakteristik contextual teaching learning(CTL) antara lain adalah (1) menekankan pada minat dan pengalaman pembelajar, (2) pengajar memiliki peran dalam menghubungkan materi ajar dengan situasi dunia nyata dan (3) pembelajar aktif menemukan konsep-konsep melalui pengalaman belajar.
Kalau secara teori ada banyak model yang bisa digunakan untuk model CTL, seperti Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Case Based Learning (CBL), Cooperative Learning (CL), dan REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring), tandasnya. (FAS)