Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Kota Semarang menjadi tuan rumah Kongres Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) XXXIX. Kegiatan tersebut diadakan di Hotel Santika Premiere Pandanaran Kota Semarang sejak Rabu (23/3/2022) hingga Jumat (25/3/2022).
Kongres Aptik akan membahas sejumlah program dan melakukan evaluasi program tahun lalu, kemudian dilakukan perencanaan program mendatang, hal tersebut disampaikan oleh Yulius Yasinto, SDV., M.A., M.Sc., selaku Wakil Ketua APTIK.
“APTIK beranggotakan 19 yayasan yang mengelola 19 perguruan tinggi Katolik di Indonesia,” ujarnya saat Konferensi Pers sebelum pembukaan acara.
Ia melanjutkan, kegiatan APTIK sendiri membangun kerja sama secara internal dan eksternal meliputi bidang pembelajaran, jaringan, dan forum rektor.
Sedangkan kerja sama jaringan antara lain kerja sama penelitian dan pengabdian masyarakat, jaringan perpustakaan, dan jaringan kemahasiswaan.
“Adapun kerja sama eksternal APTIK memberikan perhatian terhadap isu-isu dari pemerintah dan masyarakat dengan memberikan banyak kajian dan turut mengimplementasikan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) agar program ini bisa tercapai sesuai dengan konsep dasarnya,” urai Yulius.
Pihaknya mendorong kampus-kampus Katolik yang sudah mapan untuk memberikan beasiswa bagi para siswa dari daerah 3T hingga selesai, kemudian kembali untuk mengabdi di daerah mereka.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unika Soegijapranata Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi., M.Si., dalam paparannya lebih menyoroti kerjasama internal tentang kolaborasi antar anggota APTIK.
“Selama ini kolaborasi yang dilakukan antar perguruan tinggi Katolik di Indonesia sudah cukup baik, dan kolaborasi ini dilakukan dalam banyak hal, satu di antaranya dengan sudah terselenggaranya workshop untuk para dosen,” jelas Dr. Ferdinand.
Termasuk juga jaringan kemahasiswaan yang sudah mulai diselenggarakan sebelum masa pandemi virus corona, dan ternyata dalam jaringan kemahasiswaan ini muncul ide-ide yang sangat luar biasa.
Di samping itu, dalam jaringan kemahasiswaan juga sudah merealisasikan pertukaran pelajar yang dilakukan jauh sebelum diberlakukannya program MBKM oleh pemerintah.
“Saya kira apa yang telah dilakukan oleh APTIK ini merupakan sesuatu yang sangat operasional, konkrit tetapi bermakna sekali yaitu kecerdasan hidup dalam perbedaan, sebab satu hal ini sangat penting dipersiapkan demi masa depan,” ungkapnya.
Turut menjelaskan pula dalam acara press conference kongres APTIK, Ketua Umum panitia penyelenggara dari Unika Soegijapranata yang disampaikan oleh Christian Moniaga, S.T., Mars.
“Sebagian besar konsep dan spirit dari acara kongres APTIK kali ini adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru pasca pandemi, seperti yang sedang dilakukan oleh Unika Soegijapranata pada semester ini,” ucapnya.
Jadi sebagian besar peserta kongres, konfirm hadir secara offline dalam acara kongres ini, yaitu sekitar 54 peserta, sehingga mayoritas peserta hadir dalam kongres ini.
Meski demikian ada juga sebagian kecil yang tidak bisa hadir yakni sekitar 14 peserta, sehingga harus mengikuti kegiatan kongres secara online, oleh karena itu bisa dikatakan penyelenggaraan kongres ini dilakukan secara bauran atau secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring).
Turut menjelaskan pula Ketua I Panitia Pelaksana yaitu Dea Nathania Hendryanti, S.TP., M.Sc., sebagai koordinator protokol kesehatan dalam pelaksanaan kongres APTIK ke XXXIX.
Ia menerangkan segala persiapan kongres, di antaranya kesiapan para dokter dari Fakultas Kedokteran Unika, fasilitas kesehatan, fasilitas ruang yang berjarak, termasuk sistem badan penyelenggaran dan mitigasi.
“Meskipun status pandemi bersiap menurun menjadi endemi, namun kami tetap pastikan para peserta yang hadir sudah dilakukan swab antigen negatif, berikut panitia dan kru pun sudah kami pastikan negatif,” ujarnya.