Banyaknya kasus pendaki yang tersesat dan tewas saat mendaki gunung melatarbelakangi mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata, Gregorius Eky, membuat sebuah aplikasi yang memberi informasi seputar pendakian. Seperti apa?
SAAT ini jumlah pencinta alam khususnya pendaki gunung semakin meningkat. Begitu pula terjadinya musibah saat melakukan pendakian juga relatif tinggi. Berdasarkan data dari Basarnas, pada 2013, pendaki gnung yang tersesat sebanyak 354 orang. Sedangkan yang tidak ditemukan sebanyak 5 orang, dan korban tewas sebanyak 18 orang.
Pada 2014, data korban tersesat sebanyak 423 pendaki, sementara pendaki yang tidak ditemukan sebanyak 9 orang, dan pendaki yang tewas sebanyak 22 orang. Pada 2015, jumlah pendaki yang tersesat sebanyak 120 orang, sedangkan pendaki yang tidak ditemukan sebanyak 1 orang, dan pendaki yang tewas sebanyak 14 orang.
Meski mengalami penurunan, hingga saat ini masih banyak pendaki pemula yang tanpa persiapan nekat mendaki gunung tanpa melihat dampak yang akan dirasakan. Hal itu menjadi keprihatinan Gregorius Eky. Ia pun membuat sebuah aplikasi yang memberikan informasi seputar pendakian. Melalui aplikasi tersebut, sebelum melakukan pendakian, pendaki dapat menerima informasi lengkap seperti track pendakian, informasi kondisi gunung, peralatan yang seharusnya dibawa, dan kontak dari masing-masing basecamp (pos) pendakian di gunung. ”Semua komplet disediakan di aplikasi ini,” kata Eky kepada Jawa Pos Radar Semarang, Rabu (16/12).
Menurut Eky, fenomena selama 3 tahun ini banyak pendaki gunung yang tewas, tersesat hanya karena untuk mengejar eksistensi. Tetapi mereka tidak mempedulikan skill. Aplikasi ini bertujuan memberikan solusi dan menyadarkan para pendaki pemula bahwa keselamatan jauh lebih penting daripada sekadar eksistensi. Selain itu, bagi para pendaki yang telah memiliki skill, dapat meningkatkan kepedulian terhadap gunung.
Aplikasi smartphone yang berisi informasi tentang kondisi gunung, navigasi, pendakian, dan keselamatan ini juga memberikan informasi seputar apa saja yang harus dibawa ketika mendaki gunung yang akan dituju. ”Setiap gunung kondisinya berbeda-beda, sehingga ketika mendaki persiapannya juga berbeda,” ujarnya.
Setiap pendakian gunung memiliki standardisasi pendakian. Di aplikasi untuk menarik awarnes, Eky membuat sebuah website yang berisi tentang artikel-artikel akibat yang terjadi ketika mendaki gunung tanpa skill. Selain itu, juga membuat instagram challenge dengan meng-endorse seorang artis. ”Melalui itu, target akan mencari tahu dan penasarn terkait aplikasi ini, lalu kita bikin event-nya untuk launching aplikasi ini,” katanya.
Ia berharap, masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi ini dengan menggunakannya ke arah positif. Saat ini, aplikasi tersebut belum di-launching ke masyarakat umum. Proses riset untuk membuat aplikasi tersebut selama 6 bulan. Sedangkan untuk pembuatannya sendiri memakan waktu selama 1 bulan.
Dikatakan, untuk mendapatkan aplikasi itu juga sangat mudah, tinggal mendaftar lewat Facebook atau download melalui appstore dan playstore. Saat mengunakan aplikasi ini, jelas dia, pengguna pada awalnya akan disuguhi dengan informasi seputar gunung-gunung yang ada di Indonesia, selain itu jalaur pendakian, dan kontak person basecamp.
”Jalur tracking gunung juga ada. Selain itu, di dalam aplikasi ini juga menerangkan tentang barang bawaan saat mendaki gunung, yakni beratnya tidak boleh lebih dari 30 persen dari berat badan pendaki,” ujarnya.
Tip-tip persiapan saat akan mendaki gunung juga diterangkan. Seperti lebih dulu melakukan jogging, menyiapkan perlengkapan, senter dan sebagainya. Untuk rescue, saat mendaki gunung pasti memiliki beberapa rintangan, antara lain karena faktor alam, hewan buas, dan penyakit.
Ditambahkan, dalam aplikasi ini juga diterangkan bagaimana menghadapi setiap rintangan tersebut ketika melakukan pendakian. Seperti halnya menghadapi babi hutan. Saat ini banyak pendaki gunung pemula yang tidak tahu bagaimana saat menghadapi babi hutan. Ketika ada babi hutan datang, banyak dari mereka yang lari terbirit-birit. ”Padahal, mereka cukup geser 3 langkah sudah cukup, karena babi itu kalau sudah lari sulit untuk berbelok,” katanya
Data gunung yang dimasukkan mencakup seluruh gunung yang ada di Indonesia. Ia juga bekerja sama dengan mahapala (mahasiswa pencinta alam) terkait dengan kelengkapan data-data dari masing-masing gunung.
Menurutnya, saat ini banyak dari pendaki gunung yang juga memanfaatkan media sosial (medsos), dan itu merupakan sasaran dari aplikasi tersebut. ”Namanya masih kita rahasiakan, karena rencananya mau di-launching tahun depan. Ini merupakan satu-satunya aplikasi di Indonesia yang khusus bagi para pendaki gunung,” klaimnya. (*/aro/ce1)
sumber : www.radarsemarang.com