The Java Institute (TJI) kembali mengadakan webinar online pada Selasa (26/07). Webinar bertajuk “Ketangguhan Produk-produk Kota Semarang di Masa Pandemi” menghadirkan tiga pembicara utama yakni Maria Imaculata Sri Wahyu Widyastuti, SSos (Sekretaris Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang), Dr. Ch. Yekti Prawihatmi, SE MSi (dosen FEB Unika serta pakar UMKM), dan B. Lenny Setyowati, SS MIKom (dosen FHK Unika serta anggota TJI).
Pandemi telah memberikan dampak yang cukup memprihatinkan di beberapa sektor, khususnya di sektor Usaha Mikro, baik kecil maupun menengah (UMKM). Limbungnya sektor UMKM menghambat pula pertumbuhan ekonomi mengingat selama ini keberadaannya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada perluasan kesempatan dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini TJI akan menanggapi bagaimana keadaan para UMKM ketika menghadapi kondisi yang tidak menentu karena wabah penyakit Covid-19.
Maria Imaculata membeberkan bahwa Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang juga akan membantu semaksimal mungkin kendala-kendala yang sedang dialami pelaku UMKM di Semarang. Dengan beberapa program yang sudah diusung, salah satunya pemberdayaan usaha mikro, ia berharap anggaran-anggaran yang sudah dipikirkan tidak berkesinambungan dengan apa yang terjadi di lapangan nantinya.
“Makanya kami akan terus berinovasi dan berpikir keras bagaimana menciptakan suatu kegiatan atau mencari terobosan yang sangat signifikan supaya nanti bisa dimanfaatkan UMKM. Contohnya seperti memborong produk dari beberapa UMKM, kemudian mempromosikan produknya, dan mencarikan market-market modern yang sekiranya bisa diajak kolaborasi. Meskipun membantunya tidak secara finansial tetapi kami mencoba memberikan pancingnya. Jadi kita mengalihkan anggaran-anggaran yang ada di dinas koperasi, jadi semacam kita re-focusing, yang akan lebih berpihak pada pelaku UMKM agar perekonomian masyarakat lebih menjadi baik lagi.
Sementara itu, Lenny Setyowati, mengamati dengan adanya pandemi ini sebenarnya adalah untuk mengingatkan kita kembali bahwa kebersihan merupakan hal yang terpenting dan utama, baik itu dalam sebelum atau sesudah beraktifitas. Maka secara garis besar, kebersihan yang ia maksud itu juga merupakan dari bagian istilah ‘ketangguhan’ yang perlu diperhatikan oleh pelaku UMKM.
“Dulu sebelum semasa pandemi kita sendiri yang harus memperhatikan kebersihan, tapi ternyata sekarang hampir semua jajan-jajanan kaki lima menyediakan tempat cuci tangan” tuturnya.
“Mudah-mudahan dengan kultur yang seperti ini paling tidak orang Semarang itu jadi lebih tangguh (dalam arti kesehatannya, kekuatannya, mentalnya),” sambung Dr. Dra. Ekawati Marhaenny Dukut MHum sekalu Kepala Pusat Studi TJI.
Oleh karena itu, Lenny Setyowati dan Ekawati Marhenny sepakat bahwa pandemi ini tidak selamanya memperburuk keadaan. Melainkan justru membantu orang untuk terus berinovasi sehingga mampu memicu dan melahirkan ide-ide yang sebelumnya sangat tidak mungkin terpikirkan menjadi sangat memungkinkan.
“Sehingga adanya pandemi ini malah membuat lebih kreatif. Menjadi memunculkan peluang-peluang baru yang tampaknya sebelum pandemi tidak terpikirkan. Misalnya, bagaimana sisa-sisa kain bisa dijadikan menjadi masker. Kemudian manik-manik bisa dijadikan talinya masker. Kebetulan saya suka batik Semarang, muncul ide-ide baru waktu kami melakukan penelitian, ternyata virus Corona itu dibikin batik. Nah kayak gini kan yang tidak terpikirkan banyak orang ya (kreatif),” pungkas dosen FHK itu.
“Jadi bisa dibilang, di setiap kejadian tidak mengenakkan itu juga bisa diambil sisi positifnya, itu harus juga kita syukuri ya, karena kalau tidak kita ngenes-lah istilahnya,” tambahnya.
Dari sekian banyaknya orang yang ber-UMKM, maka tidak akan terlepas dengan namanya persaingan antar sesama pedagang (pelaku UMKM). Namun Yekti Prawihatmi sekaligus pakar atau penggiat UMKM ini justru menyoroti pentingnya bekerja sama, bukan saling bersaing. Sehingga ia, memberikan pesan kepada para pelaku UMKM untuk terus meningkatkan networking.
“Kuncinya adalah mau berkolaborasi, karena kita berusaha itu nggak bisa sendirian, jadi kita harus bekerja sama dengan berbagai pihak. Harus membuat networking, sebab networking ini memudahkan kita semua. Jadi punya usaha itu nggak bisa egois, nggak mau ditiru, nggak mau kasih informasi teman yang lainnya. Karena dengan menjalin relasi dan bekerja sama harapannya hal ini juga akan mendapatkan feedback yang luar biasa. (Dim)