SEMARANG (KRjogja .com)- Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Prof Dr Ir Y Budi Widianarko MSc merasa resah terkait dengan rencana integrasi Asean atau yang populer dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tinggal hitungan hari lagi dimulai.
“Keresahan ditandai dengan sikap dunia pendidikan tinggi Indonesia yang “tenang-tenang” saja sementara negara Asean lain seperti Thailand dan Filipina sudah jauh hari “resah” akan MEA dan jauh hari pula sudah mempersiapkan diri” ujar Rektor Unika sesaat sebelum mewisuda 251 Diploma, Sarjana dan Pascasarjana di kampus setempat, Sabtu (19/12/2015).
Peraih IPK tertinggi pada wisuda kali ini Sita Dhantari (Prodi Magister Arsitektur dengan IPK 4,00) dan tertinggi kedua Melita Mulyani (prodi Teknologi Pangan IPK 3,92).
Isu kedua, ujar Rektor Unika, tentang masifikasi pendidikan tinggi Indonesia. Jumlah perguruan tinggi (PT) di Indonesia sangat banyak sekitar 4.000 tetapi saya kawatir belum bisa menyediakan lapangan kerja yang layak bagi lulusan PT di Indonesia.
“Saya khawatir yang terjadi di Filipina bisa terjadi di Indonesia, yaitu di Filipina sekarang ini untuk jadi pelayan toko banyak yang lulusan S-1. Universitas menghasilkan banyak lulusan tetapi kemudian lapangan kerja yang cocok tidak tersedia. Sehingga yang namanya satpam dan pelayan toko banyak lulusan S-1. Ini kan tidak match. Para TKW Filipina sama-sama ke Hongkong seperti halnya TKW Indonesia tetapi cita-cita TKW Indonesia sederhana untuk bisa kerja 3 tahun, pulang bisa bikin rumah di Indonesia dan kalau perlu berhenti jadi TKW. TKW Filipina beda, mereka jadi TKW di Hongkong hanya sebagai batu loncatan untuk nantinya ke Inggris atau Amerika, sehingga banyak TKW Filipina sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong yang lulus S-1. Cita-cita mereka jelas” ujar Rektor.
Tindakan para TKW Filipina akhirnya memicu problem “brain drain” yaitu orang-orang hebat pergi dari daerahnya meninggalkan orang kurang hebat di sana. Ini menjelaskan kenapa Filipina tahun 1960-an jadi negara paling diirikan di Asia sementara sekarang menjadi negara terpuruk di Asia. Prof Budi kawatir “jebakan” yang terjadi di Filipina bisa melanda Indonesia.
“Pertama menyangkut MEA , begitu dibuka orang Filipina begitu agresif, artinya mereka paham kalau market terbesar Asean itu Indonesia. Nah, saya lihat kok kita tenang-tenang saja, tenang itu bukan hanya soal regulasinya tetapi bahkan literasinya atau melek tentang Asean saja kurang. Saya beberapa kali ngomong soal ini dan tidak bosan karena ini penting. Untuk itu, Unika Soegijapranata melakukan sesuatu terkait MEA di antaranya banyak mengirim mahasiwa dan dosen ke Asean. (Sgi)
sumber : krjogja.com