METROSEMARANG .COM – Hujan lebat yang mengguyur beberapa waktu yang lalu sudah cukup memberi gambaran bagaimana keadaan sebagian wilayah Semarang yang tak mampu menampung debit air hujan. Banjir masih menjadi momok yang belum bisa diusir khususnya di daerah langganan banjir dan bantaran Sungai Banjir Kanal Timur.
Pakar Perkotaan Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Djoko Suwarno mengatakan, air hujan dalam volume besar yang tak mampu lagi ditampung daerah resapan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan jangka panjang saat musim kemarau. Caranya dengan membuat rainwater harvesting atau pemanenan air hujan yang pemanfaatannya saat musin kemarau mendatang.
“Manfaatnya ketika di musim hujan untuk mengurangi banjir, saat musim kemarau bisa mengurangi tagihan air PDAM,” kata Djoko saat dihubungi, Jumat (8/1).
Namun, pemanfaatan air hujan tersebut masih sebatas untuk keperluan sehari-hari untuk air kebersihan, mencuci, atau bersuci. Belum sampai untuk dikonsumsi manusia. “Sementara masih sebatas untuk kebutuhan air bersih. Saat ini sedang saya kembangkan lagi untuk kebutuhan konsumsi,” katanya.
Pemanfaatan air hujan tersebut, lanjut Djoko, tidak langsung dimanfaatkan setelah hujan turun. Melainkan menunggu waktu hingga dua minggu baru bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari.
“Yang pasti air hujan sebernarya bersih, tapi perjalanan dari langit ke bumi seperti mencuci udara. Yang saya kawatirkan banyak partikel dari pabrik yang beterbangan, atap rumah selama musim kemarau dan masih banyak kotoran hewan,” tandasnya.
Untuk tekhnisnya diperlukan tandon wadah air yang cukup besar guna menampung air hujan. Sebelum air sampai penampungan, ada semacam filter yang digunakan untuk menyaring kotoran sehingga air pada penampungan cukup bersih untuk dimanfaatkan. (CR-08)
sumber : metrosemarang.com