UNGARAN – Hasil kajian LaboratoriumTransportasi Unika Soegijapranata Semarang mencatat sedikitnya 13.619 orang menanti kehadiran Bus Rapid Transit (BRT) Aglomerasi koridor Semarang-Bawen.
Dari kajian tersebut dirinci, setiap harinya yang sudah menunggu kehadiran BRT Semarang-Bawen sebanyak 7.112 penumpang, untuk perjalanan mulai dari Bawen, Kabupaten Semarang menuju Kawasan Tawang, Kota Semarang.
Sedangkan arah sebaliknya, dari Kawasan Tawang ke Bawen ada 6.506 orang penumpang yang menunggu.
"Untuk itu, kami mendesak agar Dinas Perhubungan (Jawa Tengah) segera mengoperasikan BRT Aglomerasi koridor Semarang-Bawen karena permintaan masyarakat sangat tinggi," ungkap Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, Rabu (20/1/2016) siang.
Menurut Djoko, BRT koridor Bawen-Tawang tersebut merupakan satu dari empat koridor BRT Kedungsapur (Kendal-Ungaran-Salatiga-Purwodadi) yang mendesak untuk segera dioperasikan tahun ini.
Dari kajiannya pula, koridor yang mempunyai lintasan jalan sekitar 37,5 kilometer tersebut membutuhkan sekitar 79 halte BRT, 4 di antaranya adalah halte transit.
Sedangkan armada bus yang ideal adalah 30 armada dengan ukuran yang sama dengan BRT reguler yang ada.
"Apalagi saat ini transportasi sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang mau tidak mau harus dipenuhi. Mereka mengalokasikan sekitar 30 persen dari pendapatannya untuk transportasi. Padahal, standarnya hanya 10 persen," ucap Djoko.
Saat ini, lanjut dia, hanya dibutuhkan keseriusan dari pemerintah untuk segera mewujudkkan salah satu kebutuhan dasar masyarakat tersebut.
Ia menilai, penyediaan BRT merupakan konsekuensi dari tuntutan akan kebutuhan transportasi yang representatif, layak, aman, dan nyaman.
"Transportasi massal ini harus segera beroperasi. Sarana prasarana pendukung seperti halte atau shelter juga harus diperhatikan, jangan sampai dibangun ala kadarnya," ungkap Djoko. (*)
sumber : jateng.tribunnews.com, regional.kompas.com