PENGAMAT Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan harusnya Pemkot Semarang malu dengan aksi heroik Daffa Farros Oktoviarto, 10. Bagaimana tidak, anak SD yang masih kecil saja merasa jengkel dengan para pemotor yang tak sesuai aturan alias melanggar aturan.
”Seharusnya Pemkot Semarang bisa menciptakan lalu lintas jalan maupun trotoar sesuai dengan fungsinya. Sehingga seluruh masyarakat bisa hidup tertib, teratur dan nyaman,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang menanggapi aksi heroik Daffa menghadang pengendara motor yang melewati trotoar di Jalan Jenderal Soedirman, Kalibanteng, yang mengebohkan dunia maya.
Apalagi, imbuhnya, trotoar jalan sudah dibangun dengan biaya mahal sengaja diperuntukkan untuk para pejalan kaki, bukan sepeda motor. ”Saat ini, di berbagai ruas jalan banyak sepeda motor yang melintasi trotoar jalan. Ini karena kendaraan pribadi sudah mengalami titik jenuh dan overload. Sedangkan kendaraan umum sangat minim,” katanya prihatin.
Kendati begitu, tidak bisa disalahkan begitu saja para pesepeda motor yang melintasi trotoar tersebut. Karena mereka naik motor lantaran tidak efisien dan efektif naik angkutan umum. ”Kalau angkutan umum murah, lebih murah dari naik sepeda motor, pasti warga mau naik angkutan umum,” tandasnya.
Karena itu, kata Djoko, daripada membangun monorel yang jelas tidak cocok untuk Kota Semarang yang berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa, lebih baik memperbanyak armada bus rapid transit (BRT) Trans Semarang. Dengan begitu, dapat melayani kawasan perumahan hingga malam hari. (ida/aro/ce1)
Tautan : http://www.radarsemarang.com