(KRjogja) – SEMARANG, Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Prof Dr Y Budi Widianarko MSc mewisuda 337 mahasiswa Unika dari berbagai prodi dan strata (Diploma sampai S-2) di kampus setempat, Sabtu (30/4). Pada kesempatan wisuda tersebut Unika mengundang alumninya (Ivana Hidayat lulusan program Teknologi Pangan) yang saat ini berhasil menjadi salah satu manager (pimpinan) perusahaan asing terkemua yang berkantor di Singapura.
Pada kesempatan pidatonya, Rektor mengkritisi kondisi kehidupan sosial di masyarakat termasuk kehidupan di kalangan perguruan tinggi (intelektual). Universitas haruslah berusaha keras untuk mendorong para dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan untuk terjun langsung (menemui) masyarakat namun tidak menggunakan "mental intelektual turis" atau seakan-akan terjun hanya sebagai turis yang heran dengan kondisi sosial masyarakat yang dilihatkan tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat.
"Selama ini dari berbagai kampus di Indonesia hampir tiap mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan diterjunkan ke masyarakat tetapi hanya sekedar motret-motret, kagum, heran dengan kondisi sosial masyarakat yang jauh ketinggalan dengan kondisi masyarakat kampus. Sebaiknya tidak hanya sampai begitu tetapi juga mau aktif terlibat langsung ikut mengentaskan masyarakat dari kondisi memprihatinkan" ujar Rektor.
Pada kesempatan tersebut, Rektor Unika mengibaratkan kondisi terjunnya kalangan kampus ke masyarakat dengan 3 tingkatan (metafor) dari perjumpaan manusia dengan makluk ruang angkasa (UFO). Pada perjumpaan tahap (jenis) I manusia dikabarkan melihat UFO (hanya melihat) dan perjumpaan jenis kedua manusia mengaku melihat atau berjumpa dengan UFO serta ada tanda atau dianggap jejak misalnya rerumputan dengan pola tertentu dan sebagai. Dan tahap perjumpaan ketiga adalah manusia betul-betul ketemu atau berjumpa betul dengan UFO (alien). Universitas lewat para dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikannya harusnya terjun langsung ke masyarakat atau ibarat perjumpaan yang tahap 3 (riil terjun, ketemu dan membantu masyarakat) tidak hanya terjun seakan justru jadi turis yang heran, kagum, kasihan pada kondisi masyarakat desa yang masih tertinggal dengan dunia luar (perkotaan) tanpa mau usaha keras membantu memberdayakan mereka. (Sgi)
Tautan : http://krjogja.com