“ Berkat dan sembah sujud merupakan ungkapan kasih. Berkat adalah ungkapan kasih dari Tuhan kepada umat-Nya. Adapun sembah sujud adalah ungkapan kasih dari umat kepada Tuhan “
PADA Mei 2016 ini ada dua perayaan besar keagamaan umat Kristiani dan Islam yang diperingati secara berdekatan. Umat Kristiani merayakan memperingati Yesus Kristus (Isa Almasih) ke surga, Kamis (5/5). Hari berikutnya, Jumat (6/5), umat Islam merayakan Hari Raya Isra Mikraj Nabi Muhammad saw 1437 H. Apa makna perayaan tersebut bagi masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menghidupi kembali nilai-nilai Pancasila di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini?
Selama bulan Mei, umat Katolik memiliki tradisi berdoa Rosario. Secara bergantian umat merenungkan peristiwa iman yang bersumber dari Kitab Suci. Ada Peristiwa Gembira, Peristiwa Sedih, Peristiwa Cahaya, dan Peristiwa Mulia. Dalam Peristiwa Mulia yang kedua, umat merenungkan bahwa Yesus naik ke surga.
Di sana diberikan renungan dari Kisah Para Rasul yang berbunyi: ”Sesudah mengatakan demikian, terangkatlah Yesus disaksikan oleh para murid, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: ”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga” (Kis 1:9-11).
Pada Hari Raya Kenaikan Isa Almasih, umat Kristiani diajak untuk mengenangkan Tuhan Yesus yang naik ke surga. Di sebuah bukit di Galilea para murid Yesus menyaksikan bagaimana Yesus Sang Guru terangkat ke surga. Sebelumnya, Yesus menyampaikan dua hal kepada para murid, yakni segala kuasa (berkat) di surga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya, dan pengutusan baru disampaikan kepada para murid.
Ungkapan Kasih
Lantas apa makna kenaikan Yesus Kristus bagi kita saat ini? Pertama, Hari Kenaikan Yesus Kristus adalah hari yang penuh berkat. Merayakan kenaikan-Nya ke surga berarti merayakan berkat Tuhan yang dicurahkan dalam kehidupan ini. Kedua, para murid menyambut berkat yang dicurahkan Yesus Kristus pada saat kenaikan-Nya ke surga dengan sikap sembah sujud. Sembah sujud adalah sikap tunduk dan taat dalam kerendahan hati.
Berkat dan sembah sujud merupakan ungkapan kasih. Berkat adalah ungkapan kasih dari Tuhan kepada umat-Nya. Adapun sembah sujud adalah ungkapan kasih dari umat kepada Tuhan. Dewasa ini, betapa sulit kita saling mengasihi dengan saling menjadi berkat.
Kata ”berkat” berasal dari Bahasa Latin, benedictio. Kata benedictio, merupakan perpaduan antara kata bene (baik) dan dicere (berbicara). Artinya, berbicara tentang yang baik, berbicara dengan baik. Jujur kita akui, betapa mudahnya orang tidak saling menjadi berkat. Orang sulit mengatakan yang baik satu terhadap yang lain.
Menjelang Pilpres dan Pilkada, misalnya, masyarakat kita mengalami suasana politik yang panas. Kita bisa melihat, siapa yang bisa menjadi berkat dan siapa yang tidak menjadi berkat, dari cara mereka berbicara. Ketika kita mudah menjelek-jelekkan yang lain, di situlah kita tidak sedang menjadi berkat terhadap orang lain. Karena itu, mari kita merayakan dan membagikan berkat Tuhan di bumi NKRI tercinta ini.
Lawan dari berkat adalah kutuk. Saat kita tidak menjadi berkat, kita menjadi kutuk bagi orang lain. Orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain adalah orang yang sedang menyebarkan kutuk. Dan dia sendiri akan menjadi orang yang terkutuk oleh kata-katanya sendiri.
Paus Fransiskus, dalam Bulla Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi ”Misericordiae Vultus” (2015), mengungkapkan, ”Berapa banyak kata-kata membahayakan dilakukan ketika orang termotivasi oleh rasa cemburu dan iri hati! Menjelekkan orang lain menempatkan mereka dalam sebuah terang yang buruk, merusak reputasi mereka dan menjadikan mereka mangsa keinginan bergosip”.
Supaya dapat menjadi berkat mampu berbicara tentang yang baik satu terhadap yang lain dibutuhkan sikap rendah hati, sikap sembah sujud. Dari keheningan batin yang bersujud di hadirat Tuhan, mengalirlah kerendahan hati. Dari kerendahan hati, memancarlah berkat bagi umat, masyarakat, dan alam semesta.
Dengan merayakan Kenaikan Tuhan, orang disadarkan untuk terus-menerus mendewasakan diri agar mampu mengemban tugas perutusan di tengah masyarakat, yaitu menegakkan Kerajaan Allah di dunia ini, merayakan berkat Tuhan, sekaligus membagikan berkat itu dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak sekadar hanya ”berdiri mengagumi dan melihat ke langit”, tetapi orang beriman harus siap pergi menghadapi tantangan hidup konkret di tengah masyarakat.(47) — Yohanes Gunawan, rohaniwan dan kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang. (SM 07/05/2016, hal. 4., Tautan : http://berita.suaramerdeka.com)
__________________________
— Yohanes Gunawan,
rohaniwan dan kepala Campus Ministry
Unika Soegijapranata Semarang