Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Soegijapranata Catholic University (SCU) menggelar Kuliah Umum secara hybrid di Mini Theater Albertus, Kampus 1 SCU Bendan. Kegiatan yang diadakan pada Senin, 19 Agustus 2024, ini tidak hanya dihadiri oleh dosen dan mahasiswa, tetapi juga melibatkan masyarakat umum. Adapun di antara peserta yang hadir termasuk perwakilan dari berbagai sekolah, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Kevikepan Semarang, Kongregasi OSF, serta Eco Camp Bandung.
Forum ini menghadirkan Rm. Dr. P. Ferry Sutrisna Widjaja, Pr, Pendiri Eco Camp Bandung, sebagai pembicara utama. Ia membawakan materi tentang kepemimpinan ekologis, mengajak semua peserta untuk menjadi pemimpin dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan.
“Kesadaran bahwa bumi semakin panas setiap harinya, dari pemanasan global yang semakin parah hingga menjadi pendidihan global, harus mendorong kita untuk mengambil langkah nyata. Perubahan iklim yang awalnya krisis kini telah menjadi darurat, dan bahkan ancaman neraka iklim,” ujar Rm. Ferry, yang telah lebih dari 15 tahun berkampanye tentang kondisi bumi yang semakin memburuk.
Perspektif Gereja Katolik
Menurut Rm. Ferry, situasi ini memerlukan refleksi mendalam, khususnya dari perspektif Gereja Katolik. Gereja memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran dan tindakan umat terkait isu lingkungan.
“Dokumen-dokumen gereja, termasuk ensiklik Laudato Si dan yang terbaru pada 2023, Latatedeum, memberikan panduan bagi kita untuk hidup lebih harmonis dengan lingkungan. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk mencegah semakin menurunnya keanekaragaman hayati dan meningkatnya polusi,” tambahnya.
Salah satu peserta yang sekaligus Dosen PMLP SCU, Patrick Danardono, MHum, Dosen PMLP menilai diperlukannya sikap tegas dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin mendesak.
“Dengan adanya ensiklik Laudato Si dan Latatedeum, Gereja telah memberikan dasar yang kuat. Karena kita tidak bisa keluar dari lingkungan karena kita pun berada di dalamnya,” pungkasnya.
Menurutnya, kuliah umum ini juga menjadi wadah refleksi bersama mengenai tindakan nyata yang dapat diambil untuk menyelamatkan bumi.
Menurut data yang dirilis oleh World Wildlife Fund (WWF), keanekaragaman hayati global telah menurun sebesar 68% sejak 1970 akibat aktivitas manusia. Selain itu, laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menegaskan bahwa dunia akan menghadapi risiko iklim yang semakin parah jika tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan dan perilaku manusia.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat komitmen terhadap kelestarian lingkungan, sejalan dengan ajaran dan pandangan Gereja Katolik.
