Tim Mahasiswa Program Studi Arsitektur Soegijapranata Catholic University (SCU) berhasil meraih Juara 1 dalam ajang “Sayembara Desain Bangunan Gedung Hijau (BGH) Kantor Kelurahan Bulu Lor”. Mereka adalah Muhammad Nasikh, Jason Federico Irawan, Giovanny Septifilea Purnomo, dan Maulana Andika Ramadhan. Sayembara yang diselenggarakan Dinas Penataan Ruang Kota Semarang ini mengundang antusiasme sekitar 150 tim mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia.
Berkat dukungan dosen pendampingnya, Gustav Anandhita, MT, mereka berhasil mendesain BGH yang menggabungkan estetika dan efisiensi energi. Gustav menerangkan sayembara ini bertujuan untuk mendukung penerapan konsep green building yang telah diusung di Kota Semarang.
“Ide murni dari mereka, kami hanya membantu mengarahkan. Diharapkan bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia untuk menekan pemanasan global,” pungkas Gustav.
Sekilas Konsep
Meskipun berkonsep ramah lingkungan, estetika dari desain yang mereka buat tetap terlihat di samping tidak meninggalkan aspek fungsionalnya. “Kami ingin membuktikan bahwa bangunan hijau juga bisa indah, tidak hanya fokus pada fungsi ramah lingkungan,” pungkas Nasikh.
Walau tidak menggunakan pendingin ruangan (AC), mereka memastikan desain BGH tetap nyaman berkat pengaturan sirkulasi udara yang optimal. Seluruh ruangan dilengkapi dengan jendela yang letaknya telah disesuaikan agar tidak bertepatan dengan koordinat munculnya sinar matahari, sehingga ruangan tidak terasa panas.
Penggunaan kipas angin juga mendukung agar udara semakin sejuk. Konsep ini juga didukung dengan atap model “caping” dari bahan bitumen yang menaungi seluruh bangunan sehingga tetap dingin meski tanpa AC. “Tak ada AC di semua ruangan di bangunan 2 lantai ini. Kita sudah perkirakan suhu udaranya tetap dingin,” sambung Nasikh.
Adanya jendela juga memungkinkan penerangan ruangan menggunakan cahaya dari luar. Pemanfaatan sinar matahari yang masuk ke ruangan dengan cara dipantulkan membuat ruangan menjadi terang, sehingga penggunaan lampu bisa ditekan.
Selain berhasil memecahkan persoalan udara panas yang masih menjadi PR besar di Kota Semarang, konsep ini berhasil menekan penghematan listrik hingga lebih dari 20%.
Adanya atap berbentuk caping juga dirancang untuk alur penampungan air hujan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sekunder, termasuk menyiram tanaman. Konsep ini berhasil mengurangi penggunaan air bersih hingga 67,33%.
“Total jumlah energi dan sumber daya berhasil ditekan penggunaannya hingga lebih dari 60%. Angka ini diambil dari studi kasus dari bangunan perkantoran Kelurahan Bululor yang sekarang,” ungkap Jason.
Lebih dari itu, adanya aula yang bisa dialih fungsikan menjadi lapangan badminton dan dihadirkannya teater rakyat menjadi daya tarik dari bangunan seluas 757 meter persegi ini.
