Teknologi Light Detection and Ranging (LIDAR) jadi topik bahasan spesifik dalam kuliah umum yang digelar Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan (FITL) Soegijapranata Catholic University (SCU) pada Jumat, 25 Oktober 2024. Berlangsung secara hybrid di Gedung Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen FITL SCU.
Mengusung tema “LIDAR in Ecological Research and Conservation Monitoring,” mereka berdiskusi tentang implementasi LIDAR dalam ilmu lingkungan bersama akademisi dari University of Queensland, Australia, Dr. Jed Calvert. Salah satu fokusnya yaitu bagaimana LIDAR melakukan pemetaan terhadap bentuk permukaan bumi.
Bukan hanya dalam ilmu lingkungan, Dr. Jed menjelaskan teknologi serupa juga bisa diterapkan dalam bidang konstruksi dan arkeologi. Selain itu juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan militer.
Kemampuannya menghasilkan data yang akurat untuk mengukur permukaan bumi serta obyek di sekitarnya menjadikan LIDAR banyak dimanfaatkan di berbagai bidang. Salah satunya pada pengembangan mobil tanpa kemudi.
“Teknologi ini menggunakan laser untuk ditembakkan ke sebuah obyek. Jaraknya diukur berdasarkan waktu yang diperlukan laser itu untuk kembali. Nantinya akan menghadirkan peta spasial yang hanya bisa diakses dengan daya komputasi,” pungkas Dr. Jed.
Kemampuan LIDAR memberikan gambaran permukaan bumi sangat penting dalam mendukung langkah preventif yang berkaitan dengan lingkungan. Hal ini diungkapkan Dosen FITL SCU, Dr. Ir. Fl. Budi Setiawan dalam forum serupa.
“Karena sistemnya seperti me-scan permukaan bumi, maka kerusakan-kerusakannya seperti apa bisa diketahui. Contohnya seperti apakah pohonnya berkurang, tanahnya punya potensi longsor, dan sebagaimana,” ungkapnya.
Selain deforestasi dan penurunan tanah, banjir, perubahan bentuk sungai, serta penggundulan hutan mangrove dan lahan basah juga bisa dideteksi melalui LIDAR.
“Bisa melihat bentuk, tekstur, dan di sekitar sana ada apa saja dan seperti apa. Hasil penglihatannya pun bisa dilihat dalam tempo waktu tertentu, sehingga bisa membantu untuk memprediksi apa yang kemungkinan terjadi ke depan,” sambung Dr. Ir. Budi.
Walau begitu, teknologi ini masih belum banyak dikembangkan di Indonesia. “Kami masih dalam tahap memperkenalkan. Itu pun masih belum menyeluruh ke semua jurusan yang relevan, hanya beberapa saja,” terangnya. Selain FITL, Fakultas Teknik (FT) SCU juga memperkenalkan teknologi serupa kepada mahasiswanya.
Sejalan dengan itu, Dekan FITL SCU, Tyas Susanti, PhD menilai forum ini merupakan salah satu bentuk dalam memperkenalkan teknologi tersebut. Tujuannya agar mereka lebih adaptif dalam memanfaaatkan teknologi sejenis.
“Dr. Jed sangat expert di sini, karena riset dan penelitiannya sangat memanfaatkan ini. Bisa menjadi wadah diskusi dan pertukaran gagasan baik untuk dosen maupun teman-teman mahasiswa,” ungkapnya. Di sisi lain, ia pun tidak menutup kemungkinan akan ada kerja sama lanjutan bersama perguruan tinggi terkait.