Soegijapranata Catholic University (SCU) bersiap memindahkan Fakultas Kedokteran (FK) dan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ke gedung baru. Hal ini disampaikan Rektor SCU, Dr. Ferdinandus Hindiarto dalam sambutannya di Misa Perpindahan Gedung FK dan Program Studi DKV SCU. Perayaan Ekaristi tersebut diadakan pada Senin, 28 Oktober 2024 di Gedung Fransiskus Asisi, Kampus 2 SCU BSB.
Dipimpin Rm. Sbastianus Prasetya Aditama N., misa ini diikuti oleh sejumlah dosen dan tenaga kependidikan. Mayoritas di antaranya berasal dari Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) dan FK.
Pemindahan DKV
Menurut keterangan Ketua Program Studi DKV SCU, Louis Cahyo Kumolo Buntaran, MM, pihaknya secara resmi akan menempati Gedung Fransiskus Asisi di Kampus 2 SCU BSB. Louis menuturkan proses perpindahan program studinya akan dimulai pada Januari 2025 dan beroperasi pada Maret 2025. Sebelumnya, Program Studi DKV telah menempati Gedung Henricus Constant di Kampus 1 SCU Bendan selama kurang lebih 10 tahun.
Akan ada 4 laboratorium yang dihadirkan Program Studi DKV SCU di gedung baru, yaitu Digital Innovation, Creative Industries, Audio Visual (AV) serta Foto dan Video. “Digital Innovation menyediakan alat-alat yang hubungannya dengan teknologi. Creative Industry adalah simulasi ruang kerja atau kantor mahasiswa ketika sudah memasuki industri,” sambung Louis.
Nantinya, karya yang dihasilkan mahasiswa akan dipamerkan untuk diperjual belikan di lingkungan kampus. Louis pun tidak menutup kemungkinkan pihaknya bakal menggandeng mahasiswa FTP.
Selain itu, Creative Hub juga akan melengkapi gedung baru Program Studi DKV SCU. “Kami khusus berikan 1 ruangan agar mahasiswa bisa bebas dalam menguji prototype tugasnya,” jelas Louis.
Pemindahan FK
Dekan FK SCU, dr. Jonsinar Silalahi menuturkan gedung baru fakultasnya bakal dilengkapi dengan Museum Anatomi dan Mini Hospital. Museum Anatomi sendiri direncanakan bakal dibuka untuk umum. “Di museum ini nantinya juga menghadirkan perkembangan janin dari pada awalnya zigot hingga embrio,” terang dr. Jonsinar.
Selain itu, hadirnya Mini Hospital juga menjadi sarana mahasiswa mempraktekkan berbagai ilmu kedokteran yang dipelajarinya. “Percuma kalau di FK hanya menghadirkan gambarannya saja. Jadi kami buat Mini Hospital untuk menyimulasikan bagaimana seharusnya seorang pasien ditangani, mulai dari awal registrasi hingga nanti kemudian rawat inap,” tutur dr. Jonsinar. Ia juga membuka kesempatan mahasiswa dari berbagai FK di Indonesia untuk bisa ikut merasakan atmosfer menjadi dokter sungguhan di Mini Hospital ini.