Memasuki tahun ke-9, Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SENDIMAS) kembali digelar secara hybrid pada 13-14 November 2024. Kali ini, Soegijapranata Catholic University (SCU) menjadi tuan rumah agenda tahunan hasil kolaborasi 5 perguruan tinggi ini. Selain SCU, adapun perguruan tinggi penyelenggara SENDIMAS yaitu Universitas Kristen Maranatha Bandung, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Forum tersebut mengundang antusiasme akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Cendrawasih dan Universitas Atma Jaya Makassar. Mereka pun ikut memaparkan 73 hasil penelitian yang dikemas dalam jurnal ilmiah.
“Jurnal penelitian yang sudah di-submit di sendimas.org telah melalui proses review di sana. Semuanya dipresentasikan secara paralel di kelas-kelas,” jelas Ketua SENDIMAS IX Yoshua P.D. Naiborhu, MKn. Forum ini menurutnya penting sebagai wadah bertukar ilmu pengetahuan, sehingga dapat memantik ide yang bisa digarap melalui integrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam hal ini, khususnya untuk mendorong kolaborasi pengembangan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat, “Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan: Kolaborasi dan Inovasi untuk Masyarakat yang Berdaya.”
“Bentuk komitmen dalam mengaplikasikan hasil Tri Dharma Perguruan Tinggi agar dapat dirasakan oleh masyarakat. Tidak hanya selesai di kampus, melainkan dikembalikan dan bermanfaat bagi masyarakat,” sambung Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) SCU Dr. Yustina Trihoni Nalesti Dewi.
Dalam kesempatan ini, komitmen tersebut juga diwujudkan SCU melalui penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) bersama perguruan tinggi penyelenggara SENDIMAS.
Dukungan dan Keterbukaan Pemerintah
Deputi Politik Hukum dan Keamanan Sekretariat Kabinet RI, Purnomo Sucipto, LLM yang hadir sebagai keynote speaker menambahkan pihaknya juga siap untuk menerima masukan dari kalangan akademisi. “Bukan hanya masyarakat, perguruan tinggi juga bisa melakukan pengabdian ke pemerintah melalui riset yang sudah dikerjakan. Pada akhirnya juga akan kembali ke masyarakat, karena implementasi tersebut bisa kami aplikasikan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) SCU, Rudy Elyadi, MM menekankan pentingnya keterbukaan pemerintah untuk berkolaborasi dengan akademisi. “Hasil penelitian harus dilanjutkan menjadi pengabdian agar dapat dikonsumsi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena pengabdian itu implementasi dari riset itu sendiri,” tekannya.
Dukungan seperti ini juga penting, sehingga bisa menjadi “laboratorium” untuk perguruan tinggi menerapkan teori melalui praktik pembelajaran. “Dengan terjun langsung ke masyarakat, dosen dan mahasiswa bisa menguji penerimaan dan efektivitas hasil penelitian mereka secara langsung,” tutup Dr. Yustina.