Soegijapranata Catholic University (SCU) menggelar Pameran Foto “Jejak Karya Mangunwijaya” di Kampus 1 SCU Bendan pada 18-25 November 2024. Pameran tersebut menampilkan foto bangunan arsitektur karya Rm. YB. Mangunwijaya. Beberapa di antaranya seperti Gereja St. Maria Assumpta Klaten dan Gereja St. Maria Fatma Sragen.
Tidak hanya itu, dipamerkan pula Jeep Willys milik Rm. Mangunwijaya yang akan dilelang pada Senin (25/11) bersamaan dengan Seminar “Jejak Karya Mangunwijaya” di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan. Seminar ini mengangkat 3 tema utama: arsitektur; pendidikan, serta; kemanusiaan yang sangat melekat dengan Rm. Mangunwijaya.
Ketua Panitia Acara, Christian Moniaga, MArs menuturkan rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sosok dan kiprah Rm. Mangunwijaya kepada generasi muda. “Memperkenalkan kiprah beliau sebagai seorang arsitek, pejuang kemanusiaan, serta guru atau pendidik. Walau foto-fotonya diambil dari sudut pandang arsitektur, tapi tetap nilai kemanusiaan dan pendidikan juga terekam,” imbuhnya.
Peran, Kiprah, dan Dedikasi
Nilai kemanusiaan sangat tercermin dari kisah Rm. Mangunwijaya saat melakukan penataan ulang Kawasan Kali Code Yogyakarta yang saat itu warganya berencana digusur oleh Presiden RI Soeharto. Rm. Mangunwijaya berhasil menciptakan pemukiman yang layak dan tetap mempertahankan budaya lokal, tanpa menggusur masyarakat marjinal di sana.
“Kali Code menjadi contoh keberhasilan arsitektur yang berpihak pada manusia, di mana aspek lingkungan, budaya, dan kemanusiaan tetap terjaga. Itu adalah bentuk nyata dari arsitektur yang berpihak pada manusia,” sambung Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto.
Rm. Mangunwijaya juga mendedikasikan dirinya dalam dunia pendidikan melalui SD Eksperimental Mangunan, Berdiri dalam naungan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED), sekolah ini berangkat dari kritik Rm. Mangunwijaya terhadap sistem pendidikan konvensional yang terlalu kaku dan seragam. Sekolah tersebut menggunakan kurikulum “pohon” khas Rm. Mangunwijaya, di mana “akar”-nya merupakan geografi, sedangkan mata pelajaran lainnya ditempatkan sebagai “daun.”
Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto menambahkan rangkaian kegiatan ini sekaligus untuk memenuhi agenda menjadikan Rm. Mangunwijaya sebagai pahlawan nasional. Hal ini menurutnya tidak terlepas dari alasan sulitnya mencari figur yang mampu menjadi panutan sebagaimana Rm. Mangun di era modern ini.
“Kami ambil bagian untuk agenda itu karena kiprah beliau sangat relevan dengan semangat kami, Talenta Pro Patria et Humanitate. Beliau juga merupakan generasi penerus patron kami, Mgr. Soegijapranata,” pungkasnya. Bukan hanya SCU, agenda ini juga mengundang keterlibatan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Universitas Atma Jaya Jakarta.