Soegijapranata Catholic University (SCU) menggelar Seminar “Jejak Karya Mangunwijaya: Menuju Gelar Pahlawan Nasional” di Gedung Thomas Aquinas, Kampus 1 Bendan secara hybrid pada Senin, 25 November 2024. Seminar ini mengupas kontribusi besar Rm. YB. Mangunwijaya dalam dunia pendidikan, arsitektur, dan kemanusiaan. Ketiga topik tersebut dibahas Budayawan Mohammad Sobary, Ketua Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) Rm. CB. Mulyatno, dan Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) SCU Dr. Robert Rianto W.
Diselenggarakan pula pameran foto karya arsitektur Rm. Mangunwijaya yang beberapa di antaranya turut dibahas dalam seminar, seperti Gereja St. Maria Assumpta, Bentara Budaya, dan Gereja 12 Rasul.
Seminar ditutup dengan Misa Peringatan 25 tahun Wafatnya Rm. Mangunwijaya yang dipimpin Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko, dengan konselebran Rm. Sbastianus Prasetya Aditama N, Rm. CB. Mulyatno, Rm. P. Wiryono Priyotamtama, dan Rm. Yohanes Yupilustanaji.
Menuju Gelar Pahlawan Nasional
Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto menjelaskan kegiatan ini merupakan upaya pihaknya mendukung usulan gelar pahlawan nasional Rm. Mangunwijaya. Hal ini menurutnya tidak terlepas dari alasan sulitnya mencari figur yang mampu menjadi panutan di era modern ini.
“Kita bisa belajar banyak dari Rm. Mangunwijaya. Dukungan kami juga tidak terlepas dari keresahan bahwa sekarang ini tidak adanya sosok yang bisa dijadikan role model, khususnya dalam hal kemanusiaan dan karya pendidikan,” tegasnya.
Bukan hanya SCU, kegiatan ini juga diinisasi PP-25 (Panitia Peringatan 25 tahun Wafatnya Romo Mangun), Ikatan Alumni Filsafat dan Teknologi (Ikafet) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Polteka Mangunwijaya.
Koordinator PP-25 Agustinus Kunarwoko menjelaskan saat ini usulan tersebut sudah dalam proses pengajuan. Seminar serta pameran foto yang diselenggarakan juga merupakan upaya untuk meraih dukungan, khususnya di lingkungan perguruan tinggi. Selain itu, buku yang menceritakan kiprah Rm. Mangunwijaya akan diterbitkan pada Februari 2025 untuk tujuan yang sama.
“Orang-orang terdekat beliau merasa gelar ini tidak perlu, karena Rm. Mangunwijaya sudah menjadi pahlawan di hati mereka. Tapi kami tetap merasa ini perlu, karena kiprahnya yang sudah lintas disipliner dan melewati batas agama,” ungkap Kunarwoko. Menurutnya, dengan adanya gelar tersebut karya-karya Rm. Mangunwijaya bisa terus dikembangkan.
Warisan Romo Mangun
Rm. Mangunwijaya dikenal karena dedikasinya mendirikan Yayasan DED yang menawarkan pendekatan pendidikan holistic. Dalam arsitektur, karya-karyanya mengusung konsep tektonika yang mengutamakan harmoni dengan alam dan budaya lokal. Selain itu, perjuangannya bersama warga Kali Code di Yogyakarta dan warga terdampak proyek Waduk Kedung Ombo menjadi wujud komitmennya dalam membela hak-hak kaum terpinggirkan.
