Dosen dari Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata Semarang dr Mayang Setyaningsih Mbiomed menyebut Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penularan virus HIV AIDS dan stigma negatif kepada penderita HIV AIDS bisa menyebabkan adanya kasus penularan yang terdeteksi. Hal ini jauh lebih berbahaya. Masyarakat pun diajak terlibat aktif dalam edukasi pencegahan penularan HIV AIDS.
Wanita yang akrab disapa dr Mayang ini menuturkan, Indonesia menduduki urutan ketiga di Asia sebagai negara dengan kasus HIV terbanyak. Kasus pertama ditemukan pada tahun 1987, dan sejak itu jumlahnya terus berkembang.
“Kementerian Kesehatan mencatat kasus HIV di Indonesia hingga tahun 2019 mencapai 50.282 kasus. Mayoritas penderita adalah laki-laki, sedangkan mayoritas usia adalah 25-49 tahun,” kata dr Mayang kepada tim KUASAKATACOM, di Semarang, Rabu (1/12/2021).
Tingginya kasus HIV ini kata dia, karena banyaknya perilaku seks bebas yang beresiko serta penggunaan jarum suntik pada NAPZA secara bergantian. HIV, lanjutnya, merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, menyebabkan penyakit AIDS. Orang yang terinfeksi HIV AIDS disebut dengan istilah *Orang Dengan HIV AIDS* (ODHA). Penularan virus ini bisa melalui darah, air mani, cairan vagina, dan ASI.
“Kegiatan berjabat tangan, makan bersama, atau bersentuhan dengan ODHA tidak menyebabkan penularan virus ini,” jelasnya.
Ia melanjutkan, kurangnya pengetahuan mengenai penularan virus HIV AIDS ini menyebabkan banyak stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA. stigma negatif ini menimbukan rasa malu dan takut pada orang yang beresiko tertular, sehingga enggan memeriksa diri untuk melihat status HIV AIDS-nya.
“Jika enggan memeriksakan, kemungkinan ada HIV yang tidak terdeteksi. ini menyebabkan kemungkinan penularan lebih besar,” terang dia.
Oleh karena itu, kata dia, Kementerian Kesehatan mengajak keterlibatan masyarakat dalam upaya mengendalikan penularan HIV AIDS. Masyarakat diajak terlibat aktif dalam edukasi penularan HIV, pendampingan kelompok beresiko, dan edukasi ketaatan minum obat bagi ODHA.
“Walau belum bisa disembuhkan, AIDS dapat dikontrol dengan mengkonsumsi obat ARV secara teratur. Obat ARV dapat menurunkan angka kematian karena AIDS,” bebernya.
Untuk menekan angka penularan HIV ini, lanjutnya, Kementerian Kesehatan mencanangkan program Three Zero pada tahun 2030 yaitu tidak ada lagi infeksi baru, tidak ada lagi kematian karena HIV AIDS, dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA di Indonesia.
“Beberapa kampanye yang dicetuskan berupa mengajak masyarakat untuk melakukan tes HIV, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap AIDS, dan melakukan edukasi mengenai resiko penularan HIV,” tandas dr Mayang.
►https://kuasakata.com/read/berita/43073-dokter-mayang-stigma-negatif-memungkinkan-adanya-kasus-hiv-aids-yang-tak-terdeteksi