Dr Yulianto Purwono Prihatmaji, Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) berkunjung ke Soegijapranata Catholic University (SCU). Beliau hadir di Program Studi (Prodi) Arsitektur SCU dalam Sosialisasi Pembaharuan Kurikulum. Kegiatan ini diselenggarakan di Gedung Henricus Constant (HC), Kampus 1 SCU, Bendan pada Kamis (16/11).
APTARI sendiri menaungi 156 dari 192 sekolah arsitektur di Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 19 dosen Prodi Arsitektur SCU.
Mereka dan Dr Yulianto bersama-sama menyamakan persepsi dalam memperbaharui kurikulum program sarjana (s1) arsitektur di SCU. Hal ini menanggapi adanya Peraturan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbud Ristek) No. 53 Tahun 2023. Permendikbud Ristek ini khusus berbicara mengenai penjaminan mutu pendidikan tinggi.
Dr VG Sri Rejeki, Ketua Prodi Arsitektur SCU menuturkan kegiatan ini bertujuan untuk meninjau sekaligus mengevaluasi kurikulum yang ada. “Beberapa sektor kurikulum memang perlu kita sesuaikan kembali. Karena memang banyak perubahan yang baru lewat Permen ini. Kita sikapi, menyasar ke sana,” tambahnya.
Adanya alternatif tugas akhir juga menjadi faktor perlunya menyesuaikan kembali kurikulum yang ada. Alternatif tugas akhir sendiri merupakan salah satu program SCU dalam mempercepat angka kelulusan mahasiswanya.
Selain itu, pemadatan mata kuliah juga menjadi fokus yang digarap. “Kita pangkas jumlahnya tapi Satuan Kredit Semester (SKS) tetap. Sehingga waktu kelulusan juga semakin cepat,” ujar Dr Sri. Hal ini juga nantinya mempercepat mahasiswa dalam mengambil pendidikan profesi arsitektur.
Sejalan dengan itu, Dr Yulianto menilai pentingnya penyegaran kurikulum ini dilakukan. “Perlu ada review baik secara major maupun minor selama 4-5 tahun sekali, mengikuti dari masing-masing prodi,” tambahnya. [Humas SCU/Hil]