Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Mata Kuliah Umum (LP3) Unika Soegijapranata bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Jawa Tengah mengadakan Kuliah Umum tentang Kebhinekaan yang materinya disampaikan oleh Kapolda Jawa Tengah Irjen. Pol. Drs. Condro Kirono, MM., M. Hum. bertempat di Ruang Teater Gedung Thomas Aquinas Lantai 3 Unika Soegijapranata pada hari Jumat (20/1).
Namun sebelum Kuliah Umum dimulai, diadakan penandatanganan nota kesepahaman antara Unika Soegijapranata dengan Kepolisian Daerah Jawa Tengah terkait kerjasama dalam pembentukan dan pemanfaatan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat dan Mahasiswa, Balai Kemitraan Masyarakat Polisi dan Mahasiswa di lingkungan Universitas Katolik Soegijapranata serta peningkatan sumber daya manusia anggota Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Berbicara mengenai kebhinekaan, sejatinya Unika sudah sejak lama telah memaknai kebhinekaan dalam lingkungan kampus, hal tersebut dibuktikan dengan adanya keberagaman mahasiswa yang menimba ilmu di Unika berdasarkan asal mahasiswa yang tersebar dari 29 provinsi di Indonesia, termasuk suku dan agamanya.
“Hal ini sendiri membuktikan bahwa ada perkataan don’t judge the book by its cover itu memang benar adanya” jelas Prof. Dr. Y Budi Widianarko, M.Sc selaku Rektor Unika Soegijapranata.
“Untuk selanjutnya, Unika terus mengembangkan proporsi keragaman sehingga dari Unika Soegijapranata dapat menjadi potret Indonesia kecil. Saat ini, Unika Soegijapranata sedang mengusahakan untuk meningkatkan representasi mahasiswa dari kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Nasionalisme merupakan sebuah spirit dari Unika dan saya ingin sampaikan bahwa spirit Unika jelas yaitu Talenta Pro Patria Et Humanitate yang berarti bakat dan kemampuan para mahasiswa Unika nantinya harus dipersembahkan sebesar-besarnya bagi Tanah Air dan Kemanusiaan. Ketika para calon mahasiswa Unika mulai memasuki dunia kuliah di Unika harus membawa spirit nasionalisme” tegas Prof. Budi.
“Saya sendiri merasa senang tipikal pejabat saat ini yang memiliki keterbukaan untuk berinteraksi, jadi pejabat yang harus menjaga citra sepertinya sudah mulai lewat masanya dan diganti pejabat yang menjaga mutu. Misalnya saja orang yang telah sukses saat ini tetap memiliki semangat “proportional egalitarian”. Jadi orang-orang tersebut tetap merasa setara dengan orang-orang lainnya tetapi proporsional misalnya saja kalau ada orang muda bertemu orang yang lebih tua juga tetap harus lebih hormat”jelas Prof. Budi dalam sambutannya.
Menjadi orang Indonesia, dapat dikatakan memiliki 2 identitas yaitu Identitas Nasional sebagai orang Indonesia dan Identitas Primordial (misalnya orang beragama Islam, Orang Jawa, Orang Batak, dll). Hal inilah yang menyebabkan Indonesia bisa dikatakan sebagai suatu bangsa yang berbhineka. Untuk itu, pertama kali sidang BPUPKI dalam merancang Pancasila pertama kali membicarakan mengenai kebangsaan tentang bagaimana menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada.
Kebhinekaan sedang diuji
“Saya meminta pada kita semua untuk merapatkan barisan dan mengingatkan bahwa modal sosial kita adalah Pancasila. Saya juga percaya bahwa rasa Nasionalisme kita terhadap Bangsa Indonesia juga masih sangat tinggi. Jika dilihat dari peta dunia, bisa dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terluas di dunia. Jika digabungkan antara luas perairan dan daratan, Indonesia memiliki luas 5 juta km2. Jika dibandingkan dengan benua lainnya, luas Indonesia setara dengan setengah Benua Eropa. Indonesia juga begitu beragam dengan di dalamnya terdapat 1340 suku bangsa.Untuk itu, Bapak Jokowi dalam setiap kunjungan kerjanya selalu mengadakan sesi tanya jawab yang terkait dengan identitas dan kondisi geografis Bangsa Indonesia. Hal ini sendiri tidak lain untuk memperkuat kebangsaan” jelas Irjen. Pol. Condro Kirono
“Untuk pulau sendiri, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau. Terkait itu, baru-baru ini banyak bermunculan isu bahwa masih banyak pulau milik Indonesia yang tak bernama dan banyak saran yang bermunculan untuk diberi nama asing hingga menimbulkan polemik antar menteri. Hingga akhirnya diputuskan, bahwa penamaan pulau-pulau sepenuhnya wewenang Pemerintah Indonesia. Tidak hanya suku bangsa dan pulau, Indonesia juga memiliki 81. 626 desa; 98 kecamatan; 34 provinsi; 416 kabupaten. Menurut saya dengan data ini, Indonesia sangat luar biasa yang dapat menggugah rasa Nasionalisme dan kebanggaan kita terhadap Indonesia” tegas Irjen. Pol Condro Kirono.
“Sebelum kemerdekaan, founding fathers telah merumuskan mengenai sendi negara dan akhirnya Soekarno merumuskan Pancasila melalui pidatonya. Dimana pada saat itu, Pancasila kemudian dijadikan resume. Saat sidang tersebut, Soekarno melihat ada beberapa tokoh yang harus ditambahkan untuk merumuskan Pancasila agar terdapat keseimbangan. Hingga diperoleh 9 tokoh, dimana 4 orang berasal dari unsur kebangsaan dan 4 lainnya berasal dari unsur keagamaan”jelas Irjen. Condro Kirono tentang sejarah terbentuknya Pancasila.
Akhir-akhir ini kebhinekaan Bangsa Indonesia sedang diuji dan menurut Irjen. Condro Kirono, salah satu penyebabnya dikarenakan adanya gelombang globalisasi yang melampaui batas-batas negara dan informasi dari luar negeri juga dapat secara mudah masuk ke Indonesia sehingga pengaruh informasi jadi lebih massive dari sebelumnya.
“Globalisasi juga membawa gerakan intoleransi dan separatis masuk ke dalam Indonesia. Saat ini, sedang berkembang aliran Islam Transnasional yang langsung membawa budaya dari luar masuk dalam Indonesia, padahal Indonesia memiliki budaya yang luhur. Menurut saya, budaya luhur inilah yang harus kita jaga. Menurut hasil survey yang saya peroleh, dari 1.200 pemuda dan mahasiswa yang menjadi sampel, dihasilkan presentase 90% masih memiliki kecintaan pada Indonesia dan 50% tidak setuju terhadap adanya radikalisme dan kekerasan karena radikalisme dan kekerasan tidak sesuai dengan nilai agama apapun dan juga tidak sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu akan dilakukan tindakan hukum yang tegas bagi siapa pun yang melanggarnya”jelas Irjen. Condro Kirono. (cal)
Serah Terima Jabatan Senat Mahasiswa FAD SCU Periode 2023/2024
Senat Mahasiswa Fakultas Arsitektur dan Desain (SMF-AD) Soegijapranata Catholic University