Dalam bahasa Latin terdapat kata simulacra yang jika diterjemahkan secara harafiah bermakna keseolah-olahan/kemirip-miripan. Akhir-akhir ini simulacra menjadi sebuah fenomena. Banyak orang merajut popularitas, namun tidak ditopang dengan kejujuran. Bohong dijadikan alat untuk mendapat gelar, jabatan, pangkat maupun kekayaan. Maka boleh dikata apa yang mereka dapat itu tak lebih dari sebuah ‘simulacra’.
Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi pun tak luput dari fenomena ini. Tahun 2008, Thomas Barlett, seorang jurnalis Amerika Serikat getol mewartakan wabah plagiarisme yang menulari kaum akademisi AS. Ia merilis berita bahwa Profesor Twitchell menjiplak sebagian artikel di Harvard Business Review untuk mengisi paragraf penting di buku Living It Up karangannya.
Dalam berita tersebut Twitchell tidak sendirian. Tidak sedikit profesor di AS yang kasus penjiplakannya terkuak. Bahkan ada rektor yang ditengarai kuat tersandung dalam plagiarisme ketika ia dulu menyusun disertasinya. Selain itu terkuak pula kasus-kasus yang melibatkan ketua jurusan, juga dengan jabatan profesor, yang terbukti membimbing penulisan karya mahasiswa yang sarat penjiplakan.
Tak perlu jauh-jauh, beberapa dosen baik itu di universitas negeri terkemuka maupun di perguruan tinggi swasta di tanah air pun tersandung kasus ini.
Skripsi Bebas dari Plagiarisme
Berusaha untuk tidak terjerat dalam kasus plagiarisme, Perpustakaan Unika Soegijaprana mengadopsi sebuah sistem bebas plagiarisme. “Kita akan menggunakan sebuah web tool/software untuk mendeteksi tindakan plagiarisme suatu karya dengan cara mencocokkan suatu teks dengan informasi yang terdapat di internet atau web repositories. Apabila ditemukan kecocokan kata dari suatu teks dengan sumber di internet maka software akan memberi warna pada kata-kata yang sama, alamat sumber di internet, dan prosentase tingkat kecocokan kata,” jelas Rikarda Ratih, Kepala UPT Perpustakaan, yang diwawancarai via surat elektronik.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa selama mengerjakan skripsi mahasiswa dapat mengecek apakah yang ditulisnya bebas plagiarisme. Untuk bisa melakukan pengecekan karya ilmiah tersebut mahasiswa harus mendaftar ke perpustakaan dengan petugas Multimedia di lantai 3, syaratnya membawa fotokopi KRS dan bukti pembayaran skripsi, untuk memperoleh login dan password. ”
Bagi mahasiswa yang sudah memiliki login password, bisa meng-upload karya ilmiah mereka di kelas milik dosen pembimbing masing-masing. “Hasil deteksi karya ilmiah akan diakses, dianalisa dan diputuskan oleh dosen pembimbing,” imbuhnya.
Dalam hal ini mahasiswa diajak untuk proaktif menggunakan fasilitas yang disediakan Perpustakaan ini. Sebab jika nanti skripsinya sudah dipublikasikan dan terbukti melakukan plagiarisme, konsekuensi yang didapat tidak ringan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) sanksi yang didapat bisa berupa teguran atau peringatan tertulis, hingga bahkan pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai mahasiswa, ataupun pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
Mahasiswa Sambut Positif
Ketika dikonfirmasi kepada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, ternyata mereka sudah mendengar kabar mengenai hal ini. Pada umumnya mereka menyambut positif. “Kalo aku sih setuju. Soalnya jujur aja aku udah ngerasain kalau bikin penelitian itu tidak gampang, butuh perjuangan. Jadi ada baiknya kita menghargai jerih payah orang yang sudah membuat penelitian gitu,” tutur Cetrika Permata.
Namun ada pula mahasiswa yang sedikit khawatir karena belum begitu jelas bagaimana sistemnya,”Aku sih belum tahu bener akan seperti apa, tapi takutnya apa dikit dikira plagiat,” kata Indira Nurida. “Tetapi bagus kok kalau misal ada hal seperti itu. Bisa buat melatih kejujuran juga. Kita juga belajar menghargai karya orang dengan mencantumkan nama orang tersebut ,” imbuh mahasiswi Fakultas Psikologi yang juga sedang mengerjakan skripsi ini.
Namun demikian, perlu difahami pula bahwa software ini bukanlah pelacak plagiarisme yang dapat menunjukkan secara langsung bahwa suatu naskah mengandung plagiarisme atau tidak. Software ini merupakan pelacak kesamaan atau kemiripan suatu naskah dengan naskah-naskah lainnya yang berada di dunia maya. Jika terdapat persamaan, persamaannya dapat dilihat, dengan naskah apa, seberapa banyak naskah yang sama, dan terdapat pada situs-situs apa saja.
Adanya persamaan tersebut tidak berarti penulis naskah tersebut melakukan plagiarisme. Untuk melihat ada tidaknya plagiarisme, kemiripan tersebut perlu dianalisis lebih dalam. Setelah menganalisis itulah seorang dosen/instruktur bisa menilai apakah naskah tersebut mengandung unsur pagiarisme atau tidak. (teo)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi