Webinar Series Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) ke-17 Unika Soegijapranata telah diselenggarakan pada pertengahan Februari lalu dengan tema yang sedang dirayakan bersamaan dengan Perayaan Imlek dan Hari Kasih Sayang.
Dalam acara yang dishare melalui channel you tube ini diikuti oleh para mahasiswa, dosen dan Dekan FTP Unika Soegijapranata Dr Laksmi Hartayanie MP, dengan mengundang narasumber Romo Dr Aloysius Budi Purnomo Pr, serta di moderatori oleh Wakil Dekan FTP Inneke Hantoro STP MSc.
Dalam paparan materinya, Romo Budi yang lahir pada tanggal 14 Februari ini mencoba membagikan pemahaman dan pengalaman terkait dengan selebrasi imlek dan valentine’s day.
“Saya bersyukur kepada Tuhan karena lahir di hari istimewa yang dirayakan oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang,” ucap Romo Budi membuka paparannya.
Selama pelayanan saya hampir 25 tahun itu sebagian besar ada di komunitas lingkaran budaya etnis Tionghoa, sehingga pernah pula kursus tentang bahasa Mandarin. Jadi ada harmoni dalam proses interaksi pastoral dan kultural.
Dalam materinya Romo Budi menyampaikan tentang topik yang judul ‘Eko Teologi Budaya’.
“Kita mengetahui bahwa imlek maupun valentine adalah merupakan bagian dari budaya tetapi bukan sekedar budaya tapi ada sesuatu di balik budaya itu,” ungkapnya.
Gereja Katolik mendorong putra-putrinya untuk bekerja sama dalam hal budaya, sosial, kultural, untuk mewujudkan dan memberikan kesaksian tentang kasih sayang. Di situlah kemudian ada titik temu antara, imlek, valentine dan iman, khususnya iman Kristiani, sehingga ada harmoni di situ.
Perlu diketahui juga, bahwa teknologi pangan dan teknologi pertanian selalu terkait dengan unsur lain, seperti petani yang membutuhkan lahan, air, benih dan berbagai macam hal yang menopang kehidupan para petani. Dan karena petani lah, lalu kita bisa merayakan imlek dan hari kasih sayang.
Saling keterkaitan itulah maka disebut ekologi, dan karena ini didasar dengan manusia yang dikasihi oleh Sang Pencipta dalam konteks Ketuhanan yang Maha Esa, maka dasar ekologi tidk hanya saling keterhubungan satu dengan yang lain tetapi merupakan ungkapan iman, sehingga disebut eko teologi, terangnya.
Harmoni antara imlek dan kasih sayang adalah sebuah harmoni, karena kedua-duanya didasarkan pada kasih, yaitu kasih yang dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa apa pun sebutanNya.
“Titik temu harmonisasi antara imlek dan valentine’s day itu ada tiga kata yaitu syukur atas kasih,” ungkap Romo Budi.
Simbol-simbol food dari imlek dan valentine itu secara eko teologis, menggambarkan pengharapan dalam cinta kasih, membuang semua pikiran-pikiran yang gelap, yang negatif dan yang jahat lalu omong yang baik. Dan omong yang baik dalam bahasa teologi disebut benediktus. Dan dari situlah yang manis, yang sedap dan yang indah, yang mendatangkan kebahagiaan sukacita, terjadi.
Simbolisme material imlek dan valentine punya makna yang besar di situ, yaitu mensyukuri berkat dan kasih Allah yang begitu besar kepada manusia, pungkasnya. (FAS)