SEMARANG – Jawa Tengah mampu menjadi representasi atas keberagaman dan kehidupan multikultur. Kehidupan antar umat beragama yang dinilai kondusif juga corak masyarakatnya yang beragam diharapkan mampu menjadi cermin bagi dunia terkait keberagaman.
”Selama ini jika kita melihat harmoni seolah-olah selalu arahnya ke luar negeri. Padahal di tempat kita sendiri terdapat keberagaman yang dapat hidup dengan selaras. Hal ini harus selalu kita promosikan supaya dilihat dunia,” ujar Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Prof Dr Budi Widianarko, ketika menyambut delegasi Association of Southeast and East Catholic Colleges and Universities (ASEACCU) Annual Conference and Student Camp, di Masjid Agung Jawa Tengah, Sabtu (29/8).
Hadir dalam kesempatan itu antara lain Executive Secretary ASEACCU Michael Calmano, Vice Chancellor of Jamia Milia Islamia University India Muhammad Kashif, The Former Education and Culture Attache Indonesian Embassy in China Chairun Anwar, GIFT University Gujranwala Pakistan Muhammad Kashif, Rektor Universitas Dian Nuswantoro Prof Eddy Nursasongko, juga mahasiswa dari berbagai negara.
Wadah Dialog
Segenap peserta yang hadir dalam kunjungannya ke MAJT melakukan safari ke berbagai sudut masjid yang dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam, dan Romawi itu.
Setelah berfoto bersama di bawah pilar-pilar masjid yang diresmikan pada 2006 itu, mereka melihat koleksi Alquran raksasa berukuran 145×95 cm yang ditulis tangan oleh Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Wonosobo. Beberapa perempuan Katolik menghargai masjid dengan mengenakan kerudung ketika kunjungan itu.
Tahun ini, Unika Soegijapranata menjadi tuan rumah kegiatan 23 tahun asosiasi yang beranggotakan 48 perguruan tinggi dari delapan negara tersebut. Kegiatan bertema ”Catholic Higher Education and Religious Inclusiveness” ini bertujuan mempromosikan Pendidikan Tinggi Katolik dan memberikan dukungan bagi gereja lokal di negara-negara anggota.
Selain itu, ASEACCU dibentuk sebagai wadah dialog pendidikan di tingkat internasional di luar pendidikan tinggi yang berada di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Prof Budi mengatakan Semarang adalah pusat keunggulan Jawa Tengah karena di sini berbagai etnis dapat membaur tanpa membeda-bedakan. ”Orang luar negeri ingin belajar bagaimana umat berbeda agama di sini bisa hidup berdampingan,” katanya.
Ketua pengurus MAJT, Noor Achmad, berharap tamu dari luar negeri itu dapat membawa kesan baik atas kunjungannya ke Semarang. ”Kami membuka diri bagi siapa pun yang ingin belajar tentang keberagaman di MAJT,” katanya. (dhz-90)
sumber lain : berita.suaramerdeka.com
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi