TRIBUNJATENG .COM – Libur panjang sekolah, Natal, dan tahun baru berpotensi menggerakkan perekonomian. Sektor pariwisata adalah yang paling merasakan, misalnya perdagangan hotel, restoran, serta jasa.
Menggerakkan perekonomian itu dalam opini saya menciptakan kegiatan ekonomi yang berujung pada pendapatan, misalnya dari hotel, travel agent, sampai ke pedagang cinderamata.
Namun, yang menjadi masalah adalah liburan ini penggunaan uangnya lebih banyak ke dalam negeri atau luar negeri. Kalau ke luar negeri berarti uang dibelanjakan di sana, sehingga otomatis yang mendapat nilai tambah adalah negara bersangkutan, dan Indonesia tidak mendapat manfaat.
Sebaliknya, jika liburan ini penggunaan uangnya di dalam negeri, bisa memberi dampak pada tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.
Upaya yang mesti dilakukan yakni bagaimana membuat pariwisata dalam negeri menarik. Wisata memiliki dimensi yang banyak, mulai dari jenis wisata, transportasi, hotel, suvenir dll. Selain itu, perilaku wisatawan pun sekarang memiliki banyak segmen. Ada yang bacpackers sampai luxorious travelling.
Pembenahan infrastruktur menjadi penting. Selain itu, perlu meningkatkan promosi dan pengembangan obyek. Dampaknya bisa direct atau indirect, dan mendorong ke produksi, pekekerjaan, upah serta pajak.
Kalau ingin uang tidak lari ke luar negeri pada musim libur, pertama terkait dengan kebijakan pemerintah daerah. Pemda harus hadir dan menyadari pariwisata merupakan hal penting yang harus dikembangkan, karena tanpa kebijakan dari pemerintah tidak mungkin pelaku pariwisata bergerak sendiri.
Selanjutnya, perlu menciptakan wisata dengan diversifikasi, hotel performance, serta infrastruktur yang baik. Hal-hal seperti itu akan memperpanjang lama tinggal wisatawan di suatu daerah.
sumber : jateng.tribunnews.com
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi