Oleh: Moediartianto
DI Eropa, stasiun-stasiun kereta api memiliki fungsi penting sebagai pusat segala aktivitas umum dan komersial. Sejak dikenalkannya jejaring kereta api cepat (High Speed Train – HST) di kawasan Eropa barat di tahun 1990an, stasiun kereta berperan sebagai titik koneksi transportasi sekaligus simpul utama kawasan kota. Tidak kalah penting, keunikan bangunan stasiun kereta juga bisa digunakan sebagai landmark sebuah kota.
Trend berarsitektur kontemporer telah mendorong pengembangan stasiun-stasiun generasi baru di Eropa. Selain retrofit bangunan lama yang umumnya bergaya klasik, tidak sedikit yang tampil baru sama sekali. Tantangan yang ditemui adalah dalam hal memadukan antara warisan arsitektur dan strukturstruktur modern yang terkadang rumit. Dorongan pembaruan berarsitektur ini selain diinisiasi oleh perusahaan-perusahaan operator kereta, juga didukung penuh oleh pemerintah setempat.
Stadelhofen Bahnhof di kota Z¸rich, Swiss merupakan contoh yang menarik dari pengembangan sebuah stasiun kereta lama dengan sentuhan arsitektur kontemporer yang menyatu dengan kawasan kota.
Pendekatan desain yang diterapkan merupakan perpaduan antara pengetahuan struktur dan arsitektur. Stasiun ini dibangun pada tahun 1894 dan menjadi stasiun setempat yang penting. Terletak di sisi timur danau Z¸rich, stasiun ini dimodelkan ulang pertama kali pada tahun 1984, dan dilanjutkan lagi pada tahun 1990 oleh seorang arsitek-insinyur asal Spanyol bernama Santiogo Calatrava. Dia memenangkan kompetisi remodeling stasiun ini pada saat menempuh studi doktoral di ETH (Eidgenˆssische Technische Hochschule) Z¸rich, salah satu universitas teknik papan atas dunia di bidang teknik arsitektur dan struktur. Disebutkan dalam sejumlah literatur, pendidikan gaya ETH memberikan pengaruh besar dalam pendekatan mendesain berbasis pengolahan struktur yang diterapkan oleh Calatrava. Tradisi structural art memang kuat dan menonjol di sekolah ini, diturunkan dari tiga orang pendidik berpengaruh yaitu Carl Culmann, Wilhem Ritter, dan Pierre Lardy. Tantangan yang diterima oleh Calatrava dalam pemodelan ulang stasiun saat itu adalah untuk mengakomodasi track ketiga yang bentuknya melengkung sepanjang 270 m di area perbukitan tengah kota.
Dalam penyelesaian desainnya, Calatrava memotong punggung bukit tersebut untuk menempatkan track kereta dan kemudian membangunnya dengan struktur bertingkat. Terdapat empat zona aktivitas utama dari hasil pengolahan kontur bukit ini yaitu taman kota di bagian teratas, kantilever promenade, 2 peron berseberangan dan area komersial di bagian terbawah. Kesemua area ini diperuntukkan bagi para pejalan kaki, melengkung mengikuti track kereta sebagai tulang utama pembentuk keseluruhan rancangan.
Kantilever
Struktur yang digunakan pada kantilever promenade adalah dari beton yang disangga oleh deretan kolom baja bercabang tiga berbentuk Y. Dilihat dari area peron yang berada tepat di bawahnya, bentuk kantilever ini unik karena melengkung keluar (convex), seolah konsisten dengan lengkungan jalur kereta.
Penggunaan beton sebagai material struktur dan konstruksi memang sangat umum di abad ini. Dalam bahasa Spanyol, kata untuk material ini adalah ’’hormigon’’yang berarti ’’bentuk’’. Kata yang tepat dan langsung menjelaskan karekteristik material ini yang memang mudah mewujud dalam berbagai bentuk. Namun, seperti terlihat di bagian kantilever promenade ini, Calatrava tampak tidak membatasi dirinya hanya dengan menggunakan beton. Dialog yang unik dan berhasil antara beton dan baja dalam detail-detail konstruksi memberikan ekspresi kebenaran logika struktur sekaligus keindahannya.
Pada bagian atas kantilever promenade ini, secara berderet kerangka baja kanal yang melengkung ke arah punggung bukit bagian atas digunakan untuk mengatapinya. Terbuka tanpa penutup atap, bagian ini memberikan kesan keluwesan struktur sebagai karya seni arsitektural. Untuk menghubungkan area promenade dengen area seberang tempat stasiun lama berada, terdapat dua jembatan penyeberangan yang disebut Falkensteg melintas di atas track kereta.
Selain itu, kedua jembatan ini juga menyatukan dengan area komersial kota, perkantoran, halte tram dan gedung opera. Di area peron seberangnya, deretan kolom baja dengan bentuk yang sama digunakan untuk menyangga kanopi kaca. Ekspresi yang dapat ditangkap adalah ringan dan transparan.
Penggunaan material kaca sebagai bahan penutup atap ini memang umum diterapkan di daerah Eropa seperti Swiss yang beriklim temperate. Kesatuan sirkulasi untuk pejalan kaki antar dua area peron yang berhadapan dibentuk melalui penggunaan jalur bawah tanah melewati area komersial. Pada bagian bawah tanah tepat di bawah track kereta ini, keindahan berarsitektur melalui inovasi bentuk struktur juga sangat jelas terlihat. Balok-balok melengkung dengan raut asimetris.
Gaya-gaya khas seperti ini juga bisa ditemukan di karya Calatrava lainnya seperti stasiun kereta LiËge- Guillemins di Belgia dan stasiun kereta Lyon Airport di Perancis. Pendekatan gaya Calatrava yang terlihat dalam desain bangunan stasiun ini memberikan pemahaman reflektif tentang pengetahuan keteknikan yang bisa berperan dalam proses kreatif merancang arsitektur. Aktivitas merancang arsitektur yang menonjolkan fungsi dan bentuk bisa jadi sudah tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru.
Hanya dengan memperluas dasar pengetahuan dan penerapannya dari bidang lainnya seperti struktur, teknologi digital, building science, fisika kota, urbanism, kesehatan umum, material sciencedan sebagainya, merancang arsitektur akan menghasilkan karya-karya inovatif.(53)
— Moediartianto I Staff pengajar arsitektur Unika Soegijapranata I Anggota IAI Daerah Jawa Tengah I Promovendus di Technische Universitat Eindhoven, Belanda
►https://www.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 13 Mei 2018 hal. 14