Masyarakat dihimbau agar sebisa mungkin tidak mengkonsumsi daging ternak berlebihan, karena sebagian besar peternakan memberikan dampak lingkungan yang kurang baik atau memiliki dampak polusi terhadap lingkungan.
Romo St Ferry Sutrisna Wijaya, pembina dan salah seorang pendiri Eco Camp Bandung mengatakan pihaknya menghimbau agar manusia untuk sebisa mungkin tidak mengkonsumsi daging ternak.
Hal itu, lanjutnya, karena sebagian besar peternakan memberikan dampak lingkungan yang kurang baik atau memiliki dampak polusi terhadap lingkungan.
“Dengan demikian, sebisa mungkin mengurangi konsumsi daging karena akan sama dengan mengurangi proses terjadinya kerusakan bumi akibat polusi lingkungan,” ujarnya dalam diskusi publik dengan tema ‘Hidup Sehat dan Ramah Lingkungan ,di Unika Soegijapranata Semarang, Jumat. (29/9)
Diskusi yang diselenggarakan Fakultas Pascasarjana Unika Soegijapranata itu menghadirkan Ketua Program Studi Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata Dony Danardono dan moderator Hotmauli Sidabalok serta dihadiri Dekan Fakultas Pascasarjana Unika Lindayani dan Ketua Program Studi Magister Hukum Kesehatan Prof Agnes Widanti
Menurut Romo St Ferry Sutrisna Wijaya, di Eco Cam yang dikelola bersama rekan-rekannya, semua makanan itu adalah hasil cocok tanam Eco Camp. Makanan tersebut ditanam, dipelihara dan diolah secara ekologis dan dipetik dengan penuh cinta.
“Cara hidup yang ditumbuhkan di sana bersumber dari keprihatinan terhadap nasib bumi yang makin tereksploitasi,” tuturnya.
Awalnya Eco Camp, lanjutnya, merupakan sebuah tempat bermain anak di kawasan Bandung Utara, setelah beberapa lama berkembang menjadi tempat pendidikan luar sekolah. Sejak 2012, Eco Camp menjadi tempat pembinaan kesadaran ekologis.
Keadaan bumi yang sekarang ini makin menuntut manusia untuk hidup sederhana, efisien dan berkesadaran. Sikap ini juga menghindarkan manusia untuk menikmati sesuatu yang dihasilkan melalui penderitaan makhluk lain.
Sementara itu, Dony Danardono mengatakan merosotnya mutu lingkungan karena pembangunan, krisis air hingga pemanasan global semestinya mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan cara ia berhubungan dengan lingkungan.
Namun yang terjadi, menurutnya, justru sebaliknya manusia semakin tidak peduli pada lingkungan.
Dia mencontohkan masyarakat lebih senang menggunakan kendaraan pribadi, menggunakan plastik-plastik untuk tempat belanja, menebang hutan dan lain sebagainya.
Meskipun, dia menambahkan kelangsungan hidup manusia dan ekosistem yang ada di dalamnya akan terus berkelanjutan bila manusia peduli pada lingkungan. Kepedulian yang dimaksud adalah perilaku yang didasarkan pada anggapan tentang kesetaraan manusia dengan mahluk lain.
“Kepedulian ini perlu diajarkan di berbagai lingkungan terkecil masyarakat, keluarga, kompleks perumahan dan sekolah. Misalnya, saja membuang sampah pada tempatnya, mengurangi konsumsi daging karena proses produksinya menyebabkan pemanasan global, serta seminimal mungkin menghindari penggunaan plastik,” tuturnya.
(https://semarangpedia.com)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi