Minimnya transportasi umum membuat wisatawan memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang akan berakhir dengan kemacetan di destinasi wisata
Penyediaan akses jalan menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau “Bali Baru” harus dibarengi dengan sarana transportasi yang mumpuni, guna memudahkan mobilitas para wisatawan yang akan berkunjung destinasi wisata prioritas.
"Sudah saatnya perbaikan infrastruktur jalan dapat dibarengi penataan fasilitas transportasi umum ke lokasi destinasi wisata," kata Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno melalui siaran pers, Kamis (31/1).
Ia menilai kelemahan menuju akses wisata di Indonesia adalah kurang sekali tersedianya fasilitas transportasi umum. Para pelancong pun harus menggunakan kendaraan pribadi untuk menjangkau tujuan wisata itu.
Pilihan ini, lanjut Djoko, berakhir dengan kemacetan. Pengusaha destinasi wisata pun harus menyediakan lahan parkir yang luas.
"Lain halnya berwisata di mancanegara, karena ada pilihan kereta, bus, atau taksi untuk menuju destinasi wisata," ungkap Djoko.
Menurutnya, industri pariwisata dan industri transportasi merupakan sektor yang berkaitan dan memberikan dampak besar dari laju pertumbuhan ekonomi di banyak negara.
Secara umum, tambahnya, Direktorat Jenderal Bina Marga telah mendukung penataan destinasi prioritas dengan menyediakan jaringan jalan nasional yang berfungsi sebagai akses menuju pintu gerbang KSPN.
Berdasarkan data dari Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, dukungan tersebut dilakukan dengan membangun akses jalan di beberapa titik menuju KSPN. Di Danau Toba misalnya, penyediaan jalan mulai dari jalan nasional melalui lintas tengah dan timur, serta penghubung lintas menuju Danau Toba. Jalan nasional tersebut terdiri atas ruas jalan Tomok-Ambarita-Simanindo-Pangururan-Nainggolan-Onan Runggu–Tomok sepanjang 145,9 kilometer.
Sementara itu upaya penataan di KSPN Candi Borobudur dilakukan dengan menata Poros Mendut-Pawon-Borobudur yang meliputi jembatan pejalan kaki Kali Elo dan Kali Progo, jalan lingkungan pemukiman Bojong, jalur pejalan kaki tepian Kali Progo, jalan Balaputradewa, serta Penataan Sendang Lanang dan Wadon di Wonorejo.
Selain Danau Toba dan Candi Borobudur, penataan yang meliputi infrastruktur dan jalan nasional juga dilakukan di KSPN lainnya, seperti Mandalika, Labuan Bajo, Tanjung Kelayang Belitung, Bromo-Tengger-Semeru, dan Morotai.
Khusus untuk jalan nasional di KSPN Mandalika belum seluruhnya terkoneksi dengan baik, sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut terkait konektivitas jalan di dalam kawasan pariwisata.
Dalam hal ini, Djoko menjelaskan, pemerintah, kementerian terkait, dan pihak-pihak lainnya harus berkoordinasi dengan baik. Peningkatan kualitas infrastruktur diharapkan mendongkrak jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik tiap tahunnya.
Sebagai informasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini sebanyak 17 juta pengunjung.
Target dipatok lebih rendah dari tahun lalu, lantaran target tahun lalu sebanyak 18 juta tak tercapai. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan realisasi kunjungan wisman pada 2019 hanya berkisar 16,3 pengunjung.
Target 18 juta tersebut merupakan revisi dari target sebelumnya sebesar 20 juta. Namun, berbagai faktor mulai dari kebakaran hutan hingga demo pelajar dan mahasiswa pada September 2019 membuat kunjungan lebih rendah dari target 20 juta tersebut.
►https://www.validnews.id/Jurus-Tarik-Turis–Imbangi-Akses-Dengan-Transportasi-Umum-ssa
Berita serupa:
http://sironline.id/2020/01/30/infrastruktur-jalan-dan-transportasi-umum-untuk-mendukung-pariwisata/