Ada yang spesial dalam acara talk show memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-89 yang digelar Unika Soegijapranata Semarang di Gedung Teater Thomas Aquinas, Senin (30/10).
Di penghujung talk show yang mengambil tema "Kebangsaan di Dadaku, Kami Satu Indonesiaā tersebut, seluruh peserta menyerukan deklarasi kaum muda yang berbunyi sebagai berikut:
"Tanah airku, Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di hadapan bendera merah putih,kami pemuda-pemudi bersatu, bersepakat dan bertekad:
Satu, menjadi keluarga bangsa yang utuh demi terwujudnya kesatuan dalam keberagaman suku, ras, agama dan budaya.
Dua, menjaga kerukunan dalam menghadapi masalah radikalisme yang muncul di sekitar kita.
Tiga, mewujudkan kembali semangat persatuan demi peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman, apa pun agamanya; 100% religius, 100% nasionalis.
Unika Soegijapranata Semarang, 30 Oktober 2017."
Acara yang dirancang oleh Wakil Rektor III, Dr V Kristina Aniningsih ini menghadirkan tiga narasumber yakni Dea Rizkita, Tedi Kholiludin PhD, dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr. Para narasumber dipandu oleh Awang sebagai moderator. Ketiga narasumber menyampaikan pandangan dan pengalaman masing-masing terkait dengan kebangsaan dan keberagaman.
Pada kesempatan ini, Rektor Unika, Prof Dr Frederik Ridwan Sanjaya hadir dari awal hingga akhir. Sebuah peneguhan yang luar biasa bagi para narasumber dan peserta talk show. Sampai-sampai Gus Tedi Kholiludin berbisik kepada Romo Budi, "Wah, Rektornya hebat ya, mau hadir dari awal sampai akhir untuk acara seperti ini."
Selain untuk mahasiswi-mahasiswa Unika Soegijapranata, hadir dalam acara ini adalah perwakilan dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), UIN Walisongo, dan Universitas Negeri Semarang (Unes). Hadir pula perwakilan dari sejumlah komunitas lintas agama di Semarang, misalnya Pelita, PGN (Pasukan Garuda Nusantara), dan dari unsur Konghucu serta Buddha (Hikmabuddi).
Dalam suasana yang cair, penuh canda, namun dalam keseriusan, para narasumber membagikan pandangan dan pengalaman masing-masing sesuai dengan latar belakang dan kompetensinya. Dea, sebagai Putri Perdamaian 2017, mendorong kaum muda dan mahasiswa untuk berani menjadi motor penggerak perdamaian.
Tedi Kholiludin mengajak semua untuk menanggalkan cara pandang sempit dan membuka diri bagi kepentingan yang lebih besar untuk bangsa. Sementara Romo Budi memotivasi para peserta dengan segala kemungkinan dan cara pandang positif untuk merajut persaudaraan dan semangat kebangsaan melalui silaturahmi dan perjumpaan.
Semoga melalui talk show semacam ini, semakin banyak orang muda terbuka untuk saling berjumpa dan membangun kebersamaan dalam keberagaman. Cinta tanah air dan bakti kepada negeri ini merupakan perwujudan iman kita, apa pun agamanya.