Pameran dan seminar dilaksanakan selama satu Minggu sejak Senin (17/10) lalu hingga hari ini. Materi pameran dan seminar sendiri merupakan hasil pengamatan langsung dari empat orang mahasiswa yang dikirim untuk tinggal bersama suku Asmat dan Saroba selama kurang lebih satu bulan.
“Usia 50 ini bukan main-main, jadi kami ingin memberikan yang terbaik dengan mengusung lokalitas Nusantara,” beber Ch Koesmartadi, Wakil Dekan III Fakultas Arsitektur dan Desain di sela-sela seminar, Senin (24/10).
Dia menambahkan, para mahasiswa t telah diseleksi dan diwajibkan untuk dapat melihat bagaimana model arsitektur yang dimiliki oleh kedua suku di Papua tersebut. Setelah itu, mereka harus bisa menyampaikan apa saja yang diperoleh kepada civitas akademik Unika.
“Selama ini lokalitas Nusantara selalu dinomorduakan daripada budaya asing, padahal budaya kita luar biasa, salah satunya ya Asmat dan Saroba itu,” terangnya.
Nantinya replika rumah adat suku Asmat dan Saroba yang dipamerkan akan disimpan di Museum Asmat setelah terlebih dahulu dilakukan road show ke beberapa kota besar di Indonesia. “Nanti karya pameran akan dibawa keliling Indonesia dan berakhir di Museum Asmat. Tentunya anak-anak nanti yang dapat merangkai semua replika itu,” imbuhnya.
Tak hanya rumah adat tetapi juga dipamerkan kerajinan hasil karya Suku Asmat dan Saroba. Selain itu dipamerkan pula hasil dokumentasi dari kehidupan kedua suku tersebut. ( http://metrosemarang.com )