SEMARANG, suaramerdeka – Setiap tahun terdapat delapan juta ton sampah plastik di laut. Akibat dari pemakaian plastik terutama tas plastik, sudah menjadi perhatian di banyak negara. Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata, pada Senin (29/2), mengundang ahli dalam penanganan sampah plastik.
Ir Dieke van der Gugten dari Gerakan The Ocean Clean Up memaparkan, penanganan sampah yang dilakukan organisasinya dengan memasang barier di laut lepas di antaranya di kawasan Pasifik. The Ocean Clean Up sambungnya, memiliki visi besar berjuang membersihkan sampah plastik di laut selama hampir 10 tahun.
“Barier yang dipasang berbentuk seperti huruf ‘V’ yang berfungsi seperti jala untuk menghalangi plastik yang mengambang di perairan agar tidak hanyut ke laut,” kata Dieke di Semarang.
Sementara President of Waste Free Waters Dr Gijsbert Tweehuysen menyatakan, ada tiga langkah menangani sampah plastik terutama yang ada di perairan. Pertama concetrate yaitu, memunguti sampah plastik dan menyatukan dalam satu kesatuan. Kegiatan ini banyak menghabiskan energi dan tenaga.
“Kedua adalah isolate yaitu, mengumpulkan sampah plastik di suatu tempat dengan mengambil dari perairan agar tidak mencemari air,” tambahnya.
Ketiga adalah validate ialah, mengurangi pemakaian plastik misalnya mengurangi pemakaian kantung plastik. Melakukan daur ulang sampah plastik menjadi produk baru antara lain kaus dan membuat sampah plastik menjadi produk yang lebih berguna, misalnya dijadikan kerajinan tangan.
Kuliah umum dan diskusi ini diadakan sebagai langkah awal dalam kuliah lanjutan PMLP nantinya yang bernama Riverine Cruise yaitu studi lapangan mengenai perairan laut dan sungai-sungai di Semarang. Diharapkan para mahasiswa dan dosen dapat berkontribusi untuk pengelolaan lingkungan , khususnya mengenai kebersihan perairan.
Tautan : berita.suaramerdeka.com
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah