Oleh: JC Tukiman Taruna, Pengajar Mata Kuliah Community Development Planning; Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang
Ada sekurangnya dua realitas sosial pada masa pandemi ini terkait peran orangtua dalam pembelajaran anaknya. Sebelum program Asesmen Nasional 2021 terealisasi, perlu dipikirkan tambahan asesmen, yakni survei orangtua.
Salah satu pembelajaran terpenting dari realitas sosial pandemi Covid-19 ialah masyarakat Indonesia menjadi semakin realistis dalam bersikap dan berpikir tentang semua aspek kehidupan dewasa ini.
Mungkin saja ada segelintir orang yang masih sangat utopis, kurang puas atau bahkan memberontak, mencemooh serta sinis menghadapi realitas sosial ini. Namun, percayalah, hukum sintesa sebagai hukum dasar cara menguasai alam semesta Indonesia ini akan terbukti kebenarannya.
Rahmat Subagya, sebagaimana dikutip Veeger (Realitas Sosial, PT Gramedia Pustaka Utama, 1993) menulis, ”Cara berpikir dan bertindak asli di Indonesia berpangkal pada keyakinan bahwa seluruh jagat raya adalah kesatuan dan perpaduan. Sekalipun kita diberi kesan seolah-olah jagat raya dikuasai dan diceraikan oleh unsur-unsur yang beroposisi satu terhadap lain—langit-bumi; gelap-terang; basah-kering; jahat-baik; lahir-batin—namun hasil terakhir yang ditonjolkan ialah persatuan, keseimbangan, perdamaian”.
Ditambahkan, ”Inilah hukum sintesa; yang perlu dikagumi, diteladani, ditaati, dan diterapkan manusia pada perilakunya. Kadang-kadang masyarakat diguncangkan dan diceraikan oleh adanya oposisi, malapetaka, huru-hara; tetapi akhirnya masyarakat senantiasa kembali kepada kesatuan dan perpaduan yang disebabkan hukum sintesa itu. Maka dari itu, keutamaan-keutamaan yang harus dikembangkan oleh tiap-tiap orang Indonesia adalah penyesuaian, ketaatan, kesabaran, keikhlasan, dan penghormatan” (hlm 4-5).
Asesmen Nasional 2021
Harus diakui, guncangan oleh Covid-19 di bidang pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi di satu sisi sangatlah signifikan, tetapi di sisi lain semuanya harus tetap berjalan/berlangsung terus; termasuk dalam kaitan Asesmen Nasional 2021 yang akan dilakukan September-Oktober mendatang.
Program ini berupa penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Idealnya dilakukan berkala untuk mengetahui dinamika dan kemajuan kualitas pendidikan di Indonesia secara menyeluruh. Variabel penilaian terfokus pada literasi, numerasi, karakter, kualitas proses pembelajaran, dan iklim setiap satuan pendidikan.
Tiga jenis instrumen dalam Asesmen Nasional 2021 ini meliputi asesmen kompetensi minimum, survei karakter, dan survei lingkungan. Asesmen kompetensi minimum dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar kognitif, dan karena itu diikuti hanya oleh peserta didik untuk mengukur literasi membaca dan numerasi.
Survei karakter diikuti peserta didik dan guru karena mengukur sikap, kebiasaan, dan nilai-nilai karakter yang tampak sebagai hasil belajar non-kognitif. Adapun survei lingkungan belajar akan diikuti kepala satuan pendidikan untuk mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.
Orangtua
Sebelum program Asesmen Nasional 2021 itu terealisasi, perlu rasanya dipikirkan penambahan ”instrumen khusus”, yakni survei orangtua. Ada sekurangnya dua realitas sosial pada masa pandemi ini terkait peran orangtua dalam pembelajaran anaknya.
Pertama, selama pandemi ini orangtualah yang terutama jatuh bangun memenuhi segala persyaratan agar pembelajaran daring anak dapat berlangsung. Tanpa turun tangan langsung orangtua, pembelajaran pasti akan terganggu, bahkan anak boleh jadi tidak belajar. Orangtualah yang benar-benar belajar selama Covid-19 ini.
Kedua, iklim rumah tangga jauh lebih banyak dialami, dinikmati, membahagiakan atau menekan anak selama pandemi ini dibandingkan dengan iklim sekolah.
Karakter anak berikut nilai-nilai yang ditanamkan bisa disebut secara ekstrem semata-mata dibentuk oleh orangtuanya selama pandemi. Fungsi atau peran guru dan kepala sekolah pasti hanya sebagian amat kecil selama 1,5 tahun terakhir dalam konteks pembiasaan dan nilai-nilai karakter.
Kembali mengingatkan kehebatan hukum sintesa bangsa Indonesia, kiranya perlu dipahami oleh semua pihak betapa realisasi program Asesmen Nasional 2021 selayaknya dilaksanakan secara realistis; realistis metodologinya berikut perlu lebih lengkap, tetapi sederhana instrumen surveinya, serta realistis terhadap hasilnya nanti.
Dalam hal literasi membaca dan numerasi (berhitung)—tanpa mendahului hasil asesmen—besar kemungkinan hasilnya kelak kurang bagus, terutama ketika membaca dikaitkan dengan keterampilan menulis dan numerasi dikaitkan dengan operasionalisasinya.
Pada sisi karakter, bisa diduga betapa akan amat bervariasinya nilai-nilai karakter dan pembiasaan anak berhubung selama 1,5 tahun lebih ”didominasi” iklim rumah dan orangtua.
Sekiranya kelak hasil asesmen ini tidak/kurang memuaskan baik dari sisi kognitif maupun nonkognitifnya, masyarakat tetap patut berbangga karena semakin besar peran orangtua/rumah dalam pencapaian kualitas pendidikan anak.
Berdasarkan hasilnya, kelak Kemdikbudristek bukan saja akan memperoleh peta jalan baru untuk dirumuskan secara konkret, melainkan juga akan semakin yakin betapa sangat pentingnya melakukan berbagai penyesuaian untuk memperoleh sintesa baru pendidikan Indonesia.
►Kompas 2 September 2021 hal. 6
https://www.kompas.id/baca/opini/2021/09/02/realitas-sosial-pandemi-dan-asesmen-nasional-2021/