Film dokumenter karya sutradara Anto Galon diluncurkan Senin (11/11) di Unika Soegijapranata. Film tersebut mengupas proses penyelesaian konflik di Kampung Tambakrejo (Bantaran), Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Berdurasi belasan menit, Anto mampu membawa penonton benar-benar merasakan apa yang terjadi di sana.
Seusai pemutaran film, digelar diskusi yang menghadirkan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Romo Aloysius Budi Purnomo PR, Sekretaris Dewan Kesenian Semarang Daniel Hakiki, serta produser Sunu Wiwit Pajar.
Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi mengungkapkan, pihaknya berkomitmen untuk membangun Kampung Nelayan seperti yang dijanjikan pada warga.
”Pembangunannya akan dimulai tahun depan. Kami telah menyusun anggaran untuk itu,” ujarnya.
Sementara Romo Budi mengungkapkan, proses advokasi yang dijalankan di Kampung Tambakrejo bisa menjadi contoh pada kasus-kasus lain. Menurutnya, seringkali proses advokasi terhalang oleh rasa ego yang terlalu besar.
Sementara Daniel menegaskan, saat ini pendekatan komunikasi harus dijalankan dalam advokasi.
”Saat advokasi, warga tidak sedang berhadapan dengan tembok. Warga berhadapan dengan Wali Kota atau aparat pemerintah lain dan mereka semua itu adalah manusia yang bisa diajak komunikasi,” ujarnya pada forum yang dimoderatori Direktur Pattiro Semarang Widi Nugroho.
Untuk diketahui, beberapa bulan lalu, warga Tambakrejo menjadi korban penggusuran karena proyek Banjir Kanal Timur. Hingga kini mereka terpaksa tinggal di hunian sementara. Pemkot kemudian menjanjikan solusi dengan rencana pembangunan Kampung Nelayan.
Nama Anto Galon sendiri bukan yang asing bagi dunia sinematografi. Dia cukup lama berkecimpung di dunia film. Pernah menetap ke Jakarta dan bermain untuk beberapa film layar lebar, dia kemudian kembali ke Kota Semarang dan menyutradarai beberapa film pendek.
Karyanya pernah memenangi Festival Film Polisi. Bahkan dia termasuk langganan finalis festival yang digelar tiap tahun itu.
“Ini salah satu bentuk apresiasi saya pada perjuangan kawan-kawan di Tambakrejo sekaligus solidaritas untuk warga dan juga apresiasi pada pemerintah yang mampu memberi solusi,” katanya
mengomentari filmnya itu.
Film Tambakrejo diproduseri oleh Sunu Wiwit Pajar. Anto juga melibatkan Wisnu sebagai penata kamera, cornelius sebagai perekam suara, Rico sebagai penata gambar, dan Yoseph Kurniawan sebagai penata suara.
Acara peluncuran tadi kerja sama Tuk Film, Begundal Kalimati, Guyub TBRS, Unika Soegijapranata, serta KPK PRD Kota Semarang.
►Suara Merdeka 12 November 2019 hal. 12, https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/206605/tambakrejo-ungkap-proses-advokasi