Unika Soegijapranata sebagai Universitas Katolik yang menggunakan nama Mgr Albertus Soegijapranata sebagai patron, setiap satu tahun sekali menyelenggarakan Soegijapranata Memorial Lecture (SML).
“Lecture ini sebagai kegiatan untuk menginisiasi, sosialisasi dan menginternalisasi nilai-nilai yang digali dari surat gembala, pidato, surat-surat pribadi, dan berbagai pesan tertulis yang disampaikan oleh Mgr Albertus Soegijapranata bagi para pejabat struktural di lingkungan kampus Unika Soegijapranata” ujar Ketua The Soegijapranata Institut (TSI) Unika Soegijapranata Rikarda Ratih Saptaastuti SSos MIKOM, Sabtu (30/10/2021).
Kegiatan yang diselenggarakan satu hari ini dilaksanakan secara offline dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan membahas tema karya Unika yaitu “Transformation Habits” dengan menghadirkan narasumber Romo Dr Agustinus Setyo Wibowo SJ.
Sedangkan para peserta yang mengikuti kegiatan ini sebagian besar adalah para pejabat struktural di Unika Soegijapranata.
“Hal tersebut karena para pejabat struktural ini adalah teladan dalam penghayatan nilai-nilai dari Soegijapranata yang akan membagikan nilai-nilai tersebut kepada setiap orang di lingkungan unit yang dipimpinnya” jelas Ratih.
Sedang Romo Agustinus Setyo Wibowo dalam penjelasannya juga menyampaikan perlunya menyikapi kemajuan teknologi dengan bijak.
“Teknologi adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh setiap orang di manapun mereka berada. Jadi teknologi utamanya information digital technology harus disikapi dengan bijak, yaitu dengan mengambil jarak dengan teknologi supaya kemudian kita bisa memanfaatkan atau menggunakan teknologi ini dengan baik,”paparnya.
Menurut Romo Agustinus, seringkali orang hanya menganggap teknologi hanya sekedar alat, tetapi jika direnungkan lebih jauh kita perlu hati-hati karena alat itu juga bisa mengubah manusia. Alat atau teknologi itu bisa mengubah cara pandang terhadap manusia dan cara pandang masyarakat.
“Jadi teknologi itu bukan sekedar alat tetapi juga bisa mengubah kita. Dan dalam kondisi tersebut penting bagi kita untuk merenungkan dan merefleksikan bagaimana kita sebagai orang yang hidup di zaman teknologi ini, untuk bisa membatasi diri agar dengan jarak yang sehat tidak begitu saja diubah oleh alat ini” sambung Romo Setyo yang juga dosen STF Driyarkara ini.
Lebih lanjut menurutnya, jika bersentuhan dengan pendidikan, maka tidak bisa jika manusia terlalu dikuasai oleh teknologi. Romo Agustinus mengeksplisitkan bahwa teknologi itu penting dan sebuah keniscayaan, tetapi kita harus memiliki jarak yang sehat, atau dengan kata lain seperti misalnya kita harus berani hidup tanpa teknologi.
“Maka peran kampus juga penting untuk melatih generasi millenial untuk berani ambil jarak dengan teknologi. Baru setelah mereka memiliki pengalaman jaga jarak dengan teknologi, harapan saya generasi millenial ini akan memiliki sikap yang lebih bijaksana dan lebih pas terhadap penggunaan alat-alat teknologi” tandasnya.
Rektor Unika-Soegijapranata Dr Ferdinandus Hindiarto SPsi MSi juga mengamini apa yang disampaikan oleh Romo Setyo.
“ Generasi millenial ini memang penduduk dari digital native, karena sejak lahir mereka sudah mengenal teknologi. Dan momen sekarang ini adalah saat yang bagus bagi pengajar untuk mendefinisikan kembali arti mengajar itu apa, dan mendidik itu apa,” tuturnya.
Selain itu pendidikan adalah sarana kesaksian melalui perjumpaan dan dialog antar pelaku, sehingga jika keadaan tersebut bisa berlangsung maka di situlah pendidikan itu terjadi. Maka belajar di Unika salah satu cara untuk membuat jarak dengan teknologi adalah dengan joyful learning atau sukacita dalam belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, pungkasnya.