PANDAI, cerdas, suka berorganisasi menjadi nilai plus bagi seorang mahasiswa. Nilai plus tersebut menjadi per-timbangan tersendiri ketika ingin menjadi dosen setelah lulus kuliah.
Inilah yang diaami Dea Nathania, dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unika Soegijapranata. Usianya masih 24 tahun, namun ia sudah menjadi dosen muda hampir satu tahun ini. "Semua perlu disyukuri. Saya menjadi dosen FTP sejak Juli 2015 lalu dan murni melamar lewat tes, baik IQ, bahasa Inggris, psikologi, micro teaching, dan wawancara, dan Toefl 550," ucap Dea, yang memeroleh beasiswa dari Australia untuk meneruskan studi pasca sarjana.
Wisudawan terbaik periode April 2015 ini mengatakan, sebenarnya motivasi menjadi dosen ingin menularkan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah. "Saya ingin ambil bagian di dunia pendidikan dan ingin bisa menginspirasi mahasiswa lain," jelasnya.
Selama kuliah di Unika dulu, ia tak sekadar menimba ilmu, tapi juga getol berorganisasi. "Saya pernah menjadi aktivis mahasiswa di fakultas, pemah ikuti intership di Thailand”, ujarnya.
Di sela kesibukannya, Dea juga masih kerap bersinggungan dengan hobinya, seperti menyanyi dan nge-dance. "Dan waktu kuliah juga pemah ikut grup dance juga lho," cetus dosen kelahiran Magelang, 17 Desember 1992 ini. (Jateng Pos, 27 Juni 2016, halaman 9)