Sebelum aksi mahasiswa turun ke jalan, lebih dahulu banyak unggahan di media sosial yang menjadi viral. Unggahan dengan tagar Gejayanmemanggil tersebut mengajak mahasiswa turun ke jalan, menyikapi keputusan legislatif dan eksekutif yang mengesahkan UU KPK dan pembahasan RUUKUHP yang kontroversial.
Dosen Hukum Hak Asasi Manusia, Lingkungan dan Governance Unika Soegijapranata Benediktus Danang Setianto melihat, dari hasil Social Network Analysis dari beberapa kata kunci yang ada di media sosial. Kata kunci utama #Gejayanmemanggil dilakukan cross check dengan dua kata kunci lainnya, yaitu #prokhilafah dan #antikhilafah.
"Hasil yang didapatkan tagar Gejayanmemangil lebih banyak di retweet oleh mereka yang pro khilafah," kata pria yang akrab disapa Beni tersebut dalam Kuliah Umum Elemen Demokrasi ‘Menganalisis Gerakan Kritis Mahasiswa dari Perspektif Demokrasi’ di ruang 206 Gedung Antonius, Selasa (24/9) sore.
Analisis berikutnya adalah munculnya tagar #turunkanjokowi, tagar itu baru muncul dan menguat setelah #gejayanmemanggil mendekati puncak topik (trending topik). Artinya ada kesengajaan dari pihak tertentu untuk memanfaatkan tren gejayan memanggil dengan ditumpangi topik turunkan Jokowi.
Pada analisis selanjutnya adalah tentang siapa yang menyebarkan tagar #turunkanjokowi yang mencapai 11 ribu. Terrnyata data menunjukkan bahwa yang paling tinggi ada satu account menyebarkan lebih dari 5 ribu, dan setelah dilakukan cross check akun itu sudah tidak exist.
"Saya curiga itu adalah BOT (mesin yang diatur untuk itu). Sedangkan urutan kedua yang menyebarkan tagar itu sekitar 3 ribu, masih ada akunnya dan dimiliki oleh Pro PS. Setelah itu yang lainnya hanya menyebarkan sekitar 20-50an kali," tuturnya.
Artinya tagar #turunkanjokowi menjadi trending topik pada 23 September 2019, lebih karena mesin dan bukan "manusia." Demikian pula poster-poster yang dipakai untuk mengajak turun ke jalan sambungnya, sekalipun pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyatakan tidak ada niatan untuk menurunkan rezim tertentu. Tetapi dari pesan di dalam poster yang beredar muncul tagar #rezimambyar dan #negarabubar, yang artinya tidak sesuai dengan yang dikatakan.
Kuliah umum ini diadakan agar mahasiswa sebagai kaum intelektual dapat menganalisis dari segala aspek, agar tidak terjebak dalam euforia dan heroisme belaka tanpa melihat siapa yang bermain di balik aksi-aksi turun ke jalan. Selain untuk menjawab pertanyaan dari banyak mahasiswa, apakah harus turun ke jalan untuk ikut demonstrasi bersama mahasiswa lainnya atau tidak.