Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Soegijapranata Catholic University (SCU) bersama PT Nojorono Tobacco International (Nojorono Kudus) terus mendorong pengembangan potensi buah parijoto sebagai sumber daya lokal yang bermanfaat bagi kesehatan.
Komitmen tersebut ditunjukkan melalui buku “Parijoto: Sang Buah Idola dari Gunung Muria” yang diluncurkan keduanya pada 10 September 2024 di Kampus 2 SCU BSB. Peluncuran buku tersebut digelar bersamaan dengan Kuliah Umum “Sinergi Riset dan Pengabdian: Memaksimalkan Potensi Lokal melalui Kolaborasi Berkelanjutan.”
Adapun buku tersebut membahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan FTP SCU terkait kandungan gizi dan manfaat buah parijoto serta peran UMKM dalam memasarkan buah tersebut.
Latar Belakang, Kandungan, Manfaat
Dosen FTP SCU, Dr. V. Kristina Ananingsih menjelaskan bahwa parijoto mengandung banyak antioksidan yang baik untuk kesehatan. Walau begitu, ia menyoroti rasa asam pada buah tersebut membuatnya kurang diterima secara luas. Menurutnya, buah tersebut perlu diolah menjadi produk yang lebih mudah diakses dan diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
“Kampus memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi sumber daya yang bermanfaat untuk diolah bagi kesehatan melalui penelitian dan transfer teknologi,” ujarnya dalam Kuliah Umum tersebut.
Di samping manfaat kesehatan, Dosen FTP SCU lainnya, Yohannes Alan Sarsita Putra, MTP, menambahkan buah parijoto juga kaya akan tradisi. “Masyarakat Kudus percaya bahwa mengonsumsi parijoto selama perayaan 7 bulanan dapat membuat keturunan menjadi tampan dan cantik,” katanya. Kepercayaan ini berkaitan dengan komponen kesehatan dalam buah tersebut, yang semakin mendukung upaya pengembangannya.
Saat ini, sudah ada 6 UMKM yang mengolah dan memasarkan buah parijoto menjadi produk yang beraneka ragam. Beberapa di antaranya yakni sirup, selai, dan permen, hingga teh.
Potensi dan Peluang
Selain Dr. Kristina, Kuliah Umum tersebut juga menghadirkan Triyanto R. Soetardjo, Pelaku UMKM Parijoto; Direktur Nojorono Kudus, Arief Goenadibrata; dan Ketua Pembina Yayasan Kesejahteraan Buruh Nojorono (YKBN), Stefanus JJ Batihalim. Topik yang mereka bahas pun menarik perhatian mulai dari akademisi, mahasiswa, hingga pelaku usaha kecil dan menengah.
Stefanus melihat tingginya permintaan masyarakat akan buah ini. Walau begitu, ia tetap mengingatkan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan pasokan buah parijoto. “Dengan meningkatkan kualitas produksi dan hasil penelitian terkait parijoto, kita dapat membuka peluang ekspor yang lebih besar,” lanjutnya.
Sejalan dengan itu, Arief melihat potensi besar buah parijoto dalam diversifikasi produk pangan. “Kami selalu mencari inovasi yang dapat memberikan nilai tambah, dan parijoto sangat menjanjikan. Tantangan ke depan adalah memperdalam penelitian tentang kandungan parijoto agar manfaatnya dapat lebih dioptimalkan,” tegasnya.