Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI secara resmi meluncurkan buku berjudul “Desain Komunikasi Visual dan Kecerdasan Artifisial: Prinsip dan Panduan Penggunaan Kecerdasan Artifisial Bagi Profesional Praktisi, Akademisi dan Institusi Pendidikan.” Peluncuran tersebut digelar di Jakarta pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Buku tersebut ditulis dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Soegijapranata Catholic University (SCU), Peter Ardhianto, PhD, bersama tim praktisi dan akademisi DKV yang tergabung dalam Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia (AIDIA). Buku ini dirancang untuk menjadi panduan dalam menggunakan kecerdasan buatan (AI) secara etis dan kreatif di bidang desain.
Penulis buku, tim Program Kerja Etika AI, perwakilan dari Kemenparekraf dan AIDIA, Asosiasi Program Studi, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), serta dosen dan mahasiswa DKV hadir dalam acara peluncuran tersebut. Selain itu, pemilik perusahaan agensi desain juga turut hadir untuk meresapi dampak AI dalam industri kreatif.
Desain Komunikasi Visual dan Kecerdasan Artifisial: Prinsip dan Panduan Penggunaan Kecerdasan Artifisial Bagi Profesional Praktisi, Akademisi dan Institusi Pendidikan
Peter menjelaskan bahwa buku ini ditulis dengan latar belakang kebutuhan panduan etis bagi para desainer dalam memanfaatkan AI. “AI merupakan sarana untuk mempercepat dan memperkaya proses desain, tetapi kualitas kreativitas, empati, dan visi dari individu desainernya tetap menjadi elemen yang tidak tergantikan,” ujar Peter. Buku ini menawarkan prinsip dan panduan penggunaan AI dalam desain yang tetap menekankan penciptaan nilai, kreativitas, dan orisinalitas.
Buku tersebut juga membahas beberapa contoh penerapan AI di industri desain, termasuk bagaimana AI membantu dalam proses brainstorming hingga menghasilkan alternatif visual. Meskipun demikian, Peter menekankan bahwa AI hanya mempercepat proses, dan belum dapat sepenuhnya menyelesaikan permasalahan desain yang kompleks. Menurutnya, desainer tetap memegang peranan utama dalam menciptakan solusi yang relevan secara kontekstual.
“Meskipun AI memberikan keuntungan dalam efisiensi, keputusan kreatif utama tetap berada di tangan desainer. AI adalah alat bantu, sementara esensi dari desain terletak pada kemampuan manusia untuk memahami konteks sosial, budaya, dan solusi desain yang humanis,” ungkapnya.
Peluncuran buku ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi praktisi desain dalam menghadapi perubahan signifikan di industri, terutama dengan semakin berkembangnya AI. Peter juga mendorong para desainer untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi ini dengan bijak, sambil tetap menjaga orisinalitas dan integritas karya mereka.
Adapun penulis lain yang turut berkontribusi dalam buku ini antara lain Adi Nugroho, Budi Sriherlambang, Eka Sofyan Rizal, Gredi Gradana Sembada, Inda Ariesta, Mendiola B. Wiryawan, Lilian, Shierly Everlin, dan Siti Nurannisaa P.B.