Menjadi Uskup Pribumi Pertama, Mgr. Albertus Soegijapranata merupakan pahlawan nasional yang dikenal karena perjuangannya menegakkan nasionalisme di kalangan umat Katolik. Mengintegrasikan semangat nasionalisme dengan iman Katolik, ia pun terkenal dengan semboyannya, “100% Katolik 100% Indonesia.”
Lahir pada 25 November 1896, uskup kelahiran Surakarta tersebut menempuh pendidikan di seminari dan menekuni studi teologi di Belanda. Setelah ditahbiskan sebagai imam pada 1931, Soegijapranata kembali ke Nusantara dan mulai aktif di berbagai kegiatan gerejawi dan sosial.
Ia pun diangkat menjadi Vikaris Apostolik Semarang pada 1940. Pada 1949, Mgr. Soegijapranata ditunjuk sebagai Uskup Agung Semarang, menjadikannya Uskup Pribumi Pertama di Indonesia. Ia pun sangat berperan dalam mempromosikan dialog antar agama, khususnya untuk memperjuangkan hak rakyat Indonesia.
Menghembuskan nafas terakhirnya di Belanda pada 22 Juli 1963, Mgr. Soegijapranata ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional bahkan sebelum jenazahnya sampai di Tanah Air.
Upacara Kemerdekaan RI
Perjuangannya pun dikenang dalam Upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI) yang diselenggarakan Soegijapranata Catholic University (SCU).
“Beliau mengambil inisiatif mengirim surat ke keuskupan di negara lain untuk meminta bantuan di saat Indonesia mengalami krisis ekonomi hingga diembargo. Kiprah dan perannya melampaui tanggung jawabnya saat itu karena perhatiannya terhadap umat,” kenang Rektor SCU, Dr. Ferdinand Hindiarto dalam amanatnya.
Diikuti segenap sivitas akademika, mereka berkumpul di Lapangan Albertus, Kampus 1 SCU Bendan pada Sabtu, 17 Agustus 2024. “Merupakan bentuk ungkapan syukur atas rahmat Allah yang kita rasakan untuk bangsa kita, kita wujudkan dalam bentuk upacara kemerdekaan,” tutur Rektor SCU, Dr. Ferdinandus Hindiarto.
Di akhir amanatnya, Dr. Ferdinand mengajak segenap dosen dan tenaga kependidikan SCU untuk menghidupi nilai Mgr. Soegijapranata dalam menjalani perutusan di Kampus Ungu. Dalam hal ini, khususnya mendampingi perjalanan mahasiswa menempuh studi di Kampus Ungu.
“Menemani mahasiswa di kampus dalam kewenangan dan kapasitas kita, sehingga setelah mereka lulus bisa menyembahkan talentanya untuk bangsa dan negara,” harap Dr. Ferdinand.