Sebanyak 21 perguruan tinggi Indonesia memperkuat jejaring kerja sama dalam Nationwide University Network in Indonesia (NUNI) Presidential Forum & Annual Meeting 2024. Forum yang diselenggarakan oleh NUNI tersebut berlangsung di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada 22-27 Agustus 2024.
Soegijapranata Catholic University diwakili Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Bisnis, Dr. R. Probo Y. Nugrahedi turut hadir dalam pertemuan tersebut. Hadir pula Guru Besar Bidang Ketahanan dan Ekologi Pangan SCU, Prof Budi Widianarko yang juga merupakan Direktur NUNI.
Bersama anggota NUNI lainnya, mereka melakukan evaluasi sekaligus membahas rencana program kerja selama setahun ke depan.
Selain SCU, adapun perguruan tinggi yang hadir dalam forum tersebut di antaranya Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), serta Universitas Brawijaya (UNBRAW).
Student Camp
Mengusung tema “Utilization of Natural Resources and Technology for Contributing SDGs,” perwakilan mahasiswa dari perguruan tinggi anggota NUNI ikut menjawab tantangan penggunaan sumber daya alam dan teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Mereka diminta untuk menggagas upaya penggunaan sumber daya alam yang efektif dan menginovasikan teknologi untuk mengatasi tantangan global yang menjadi agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa di antaranya seperti kemiskinan, kelaparan, kesehatan, pendidikan, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan.
Mahasiswa Program Studi Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan (RIL) SCU, Hengky Ardi Nur Cahyo bersama rekannya dari perguruan tinggi lainnya ikut unjuk gagasannya dalam kegiatan ini.
Hengky bersama timnya membahas implementasi untuk mencapai agenda SDGs, yaitu zero hunger. Agenda SDGs No. 2 ini bertujuan untuk mengakhiri krisis kelaparan pada 2030 mendatang.
Fokus utamanya yakni pada pengembangan teknologi “Closed House” untuk peternakan sebagai solusi mengatasi masalah pangan, ketahanan pangan, dan malnutrisi di Indonesia. Sistem peternakan tertutup ini menggunakan teknologi modern untuk mengontrol kondisi lingkungan di dalam kandang secara otomatis. Closed House juga memungkinkan pengendalian suhu, kelembaban, ventilasi, dan pencahayaan secara optimal, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih baik dan stabil untuk hewan ternak.
Dalam pemaparannya, Hengky menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan pendidikan dalam mendukung ketahanan pangan melalui inisiatif yang berkelanjutan. Hengky juga menekankan peran pemerintah di sektor pangan, seperti Cadangan Beras Pemerintah (CBP), Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Program Raskin/Rastra (Bantuan Pangan Non-Tunai) juga menjadi hal yang penting.
