Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Soegijapranata Catholic University (SCU), Norbertus Labu, SFil., Lic Theol, MSi memaparkan hasil penelitiannya yang menyoroti pentingnya kepemimpinan lingkungan berbasis kearifan lokal dalam pengembangan pertanian hortikultura.
Mengambil studi kasus di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Norbertus menuturkan temuannya tersebut dalam Sidang Terbuka yang diselenggarakan PDIL SCU sebagai Promovendus. Kegiatan tersebut berlangsung di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan pada Jumat, 23 Agustus 2024.
Adapun hasil disertasi Norbertus tersebut fokus berbicara mengenai peran kepemimpinan dalam memadukan nilai-nilai lokal dengan praktik pertanian hortikultura. Dalam hal ini, khususnya untuk mendorong pembelajaran sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Ngada.
Dalam penelitiannya, Norbertus menemukan bahwa faktor Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal (KLBKL) menjadi elemen krusial dalam mendorong keberhasilan pengembangan pertanian hortikultura di Kabupaten Ngada. Kabupaten Ngada memang dikenal memiliki potensi besar dalam sektor pertanian hortikultura, namun Norbertus menilai pengelolaan sumber daya alam menjadi tantangan utama yang harus dihadapi.
Kearifan Lokal
“Kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur kita bukan hanya menjadi panduan dalam bertani. Tetapi juga menjadi dasar bagi terciptanya kepemimpinan yang mampu menggerakkan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencapai kesejahteraan bersama,” tegas Norbertus.
Lebih lanjut, Norbertus menjelaskan kepemimpinan lingkungan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Ngada mengedepankan teladan yang ditunjukkan oleh para pemimpin lokal. Selain memiliki keahlian dalam bidang pertanian, para pemimpin lokal yang kerap disebut Mosalaki atau Mosa ini juga dihormati karena kearifan dan kebijaksanaan mereka.
“Dalam konteks pertanian hortikultura, kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menjadi teladan bagi masyarakatnya. Tidak hanya memimpin dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata dengan menginspirasi serta memotivasi bagi petani untuk terus berkembang.” jelas Norbertus.
Menurutnya, model kepemimpinan ini terbukti mampu menggerakkan masyarakat menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan melalui pertanian hortikultura.
“Efektivitas kepemimpinan ini diukur dari kemampuan para pemimpin untuk menjadi model teladan bagi komunitasnya, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks,” tambah Norbertus.
Sekilas Tentang Promovendus
Sebelum menempuh studinya di PDIL SCU, Norbertus juga menempuh studi S2-nya di kampus yang sama pada Program Magister Psikologi. Ia menyelesaikan studi magisternya dan menyandang gelar MSi pada 2018. Sebelumnya, Norbertus juga telah menyelesaikan studi S2-nya di bidang teologi di Hochschule Sankt Augustin Jerman dan berhasil meraih gelar Lic Theol pada 2003.
Selain menjalani kesibukan sebagai Imam Projo Keuskupan Agung Ende, Norbertus juga aktif mengajar sebagai dosen di STIPAR Ende pada Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik.