Dalam rangka memperingati World Children’s Day, Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata mengadakan kegiatan bertema “Impaired growth & development that children experience from poor nutrition, repeated infection and inadequate psychosocial stimulation”. Kegiatan ini diselenggarakan pada 20 November 2022, pukul 11.00-13.00 WIB. Peringatan World Children’s Day ini mendapat sambutan yang luar biasa, baik dari lingkungan kesehatan, praktisi kesehatan serta masyarakat luas pemerhati stunting.
Hari Anak Internasional ini pertama kali diperingati lebih dahulu daripada Hari Anak Universal, yakni pada tahun 1929 setelah diresmikan di Turki tanggal 23 April. Kedua peringatan ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama.
“Namun, Hari Anak Universal dibuat untuk mengubah cara pandang dan cara orang-orang memperlakukan anak-anak sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak. Sementara itu, Hari Anak Internasional bertujuan untuk melindungi hak-hak dan mengurangi angka anak-anak yang sudah bekerja,” tegas dr. Indra Adi Susianto, MSi.Med SpOG, ketua panitia dan Dekan Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata.
Ketua AFKSI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Seluruh Indonesia) Dr. dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes sebagai penggagas acara Webinar Universal Children Day dalam arahannya mengatakan bahwa hari (Hari Anak Universal.red) ini diperingati untuk mempromosikan tentang kebersamaan internasional, kesadaran di antara anak-anak di seluruh dunia, dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
Maka adanya deklarasi tersebut, anak-anak berhak mendapat perlindungan dan berbagai fasilitas, serta tidak dibedakan berdasarkan penampilannya. “Anak-anak juga berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik dan mendapatkan pendidikan yang baik,” ujar dr Monica Paotiana, dr., M.Gizi selaku moderator dalam acara webinar nasional ini.
Selain Deklarasi Hak-Hak Anak, PBB juga menggelar konvensi Hak Anak yang ditandatangani oleh 191 negara, pada 20 november 1989. Konvensi Hak Anak ini adalah pelaksanaan dari hak anak yang sudah ada di Deklarasi Hak Anak, dan negara-negara yang menandatangani konvensi ini harus menjalankannya.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai masalah yang kompleks, terutama masalah gizi. Masalah gizi biasanya dialami oleh anak-anak yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat, keadaan ini disebut dengan stunting.
Stunting pada awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama sejak pembuahan sampai usia dua tahun gangguan pertumbuhan memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak. Beberapa dari konsekuensi tersebut termasuk gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Dr. Ferry Santosa, Mbiomed, SpOG mengatakan, upaya untuk mencegah stunting dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil dan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
Sementara dr. Natalia Safitri, SpGK berpendapat bahwa pendampingan ASI eksklusif dengan MPASI sehat, pemantauan tumbuh kembang anak, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Berbagai cara yang dilakukan agar pencegahan stunting dapat terserap oleh lapisan masyarakat di Indonesia, seperti pendekatan melalui kader kesehatan ataupun melalui pendekatan langsung terhadap ibu hamil dan masyarakat yang memiliki anak dengan pemberian edukasi.
“Kegiatan yang berfokus dalam intervensi pemberian pelayanan kesehatan diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia” harap dr Marcella Trixie, SpA.
[Humas Unika Soegijapranata/Dim – Mahasiswa FK/Adrian Herlambang Agung Saputra]