Menjadi wilayah yang kaya akan budaya, tradisi, sumber daya alam, hingga potensi pariwisata membuat Indonesia Timur dihadapkan pada tantangan besar. Terbatasnya akses infrastruktur dan teknologi, rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, ketimpangan ekonomi, serta potensi pecahnya konflik sosial menjadi hal yang perlu dibenahi.
Menurut Data Kementerian Kesehatan 2021, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia, menyentuh angka 37,8%. Indeks Pembangunan Manusia di provinsi ini hanya menyentuh angka 65,28, membuatnya menduduki urutan 32 dari 34 provinsi di Indonesia.
Melihat hal tersebut, Rektor Soegijapranata Catholic University (SCU), Dr. Ferdinandus Hindiarto terus mendorong institusinya menghidupi semangat Talenta Pro Patria et Humanitate di Indonesia Timur. “Menjadi wujud nyata dari misi kami untuk melakukan penelitian yang bentuknya pengabdian kepada masyarakat. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan,” tegasnya.
SCU pun banyak melakukan penelitian sekaligus program pengabdian masyarakat di Indonesia Timur, khususnya di wilayah Maluku dan NTT. Beberapa di antaranya yaitu penguatan lembaga adat, rekonsiliasi pasca konflik, konservasi benda budaya dan simbol adat.
Dosen Fakultas Teknik SCU, Dr. Leonardus Heru Pratomo juga berkesempatan memberikan pendidikan kelistrikan tepat guna untuk instruktur BLT Don Bosco. Ia juga menggagas pendidikan vokasi untuk anak putus sekolah di Tambolaka Sumba Barat Daya.
Selain itu, audit kompetensi medis juga dilakukan di Kabupaten Malaka guna meningkatkan pelayanan kesehatan di sana. Fakultas Psikologi SCU juga sempat memberikan pendampingan psikologi guna mencegah kekerasan terhadap anak di beberapa sekolah di Kupang.
Program tersebut dipaparkan dalam Seminar SCU for Indonesia: “Exploring the Potentials of Remote, Border Areas and Islands at Eastern Indonesia (NTT & Maluku) di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 SCU Bendan pada 30 April 2024. Turut hadir pula Asisten I Bagian Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Maluku Tengah, Silviana Mattemmu serta Pengamat Ketenagakerjaan dan Pendidikan sekaligus Investor di Maluku dan NTT, Ir. Fransiscus Go, SH. Kegiatan ini juga menghadirkan Akademisi Vrije Universiteit Amsterdam, Prof. Dr. Fridus Steijlen.
Membahas strategi pembangunan berkelanjutan, forum ini mengeksplorasi tindak lanjut peran SCU di Maluku dan NTT. Kegiatan ini diharapkan dapat mengundang keterlibatan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Dalam hal ini, khususnya untuk mendukung eksplorasi kekayaan budaya, sumber daya alam, serta potensi pembangunan ekonomi dan pariwisata di Maluku dan NTT.
“Kami ingin terus kembali ke Indonesia Timur. Harapannya syukur bisa mengajak kolaborasi yang lebih luas lagi,” harap Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Trihoni Nalesti Dewi.