Program Studi Arsitektur dan Teknik Sipil Soegijapranata Catholic University (SCU) bersama Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) memberikan pelatihan kepada tenaga kerja yang nantinya akan dilibatkan dalam pembangunan prototipe rumah adaptif banjir. Pelatihan tersebut diselenggarakan pada Kamis, 30 Januari 2025 di Gedung Henricus Constant, Kampus 1 SCU Bendan.
Nantinya, bakal ada 2 prototipe rumah adaptif banjir yang dibangun, yaitu rumah apung dan rumah amfibi. Keduanya merupakan hasil gagasan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) SCU yang telah dikembangkan sejak 2023. Rencananya, kedua prototipe akan mulai dibangun pada Februari dan berakhir pada Maret 2025.
“Disebut prototipe karena adalah kajian berkelanjutan. Prototipe awal sudah ada dari Dinas Perumahan dan Permukiman (DINPERKIM), kami (YSI dan SCU) mengembangkan desain yang ada,” sambung Manager YSI Tri Sulistyowati.
Adapun prototipe rumah apung dimungkinkan untuk terus mengapung di permukaan air, sehingga cocok di daerah yang sudah permanen tenggelam. Sementara, rumah amfibi dapat didaratkan sehingga lebih cocok untuk daerah yang masih mengalami perubahan tinggi banjir.
Sulistyowati menjelaskan kedua prototipe akan dibangun dengan menggunakan bahan kayu bengkirai dan baja. “Menurut kajian dan pengalaman warga, kayu bengkirai dinilai cocok untuk wilayah yang terinfus dengan air asin. Kami akan memberikan lapisan galvalum untuk melindungi baja yang digunakan dari korosi. Itulah yang akan kami latih, teknik pengerjaan dan perawatan,” jelasnya.
Ketua Tim PKM SCU Ir. Fx. Bambang Suskiyatno menjelaskan pihaknya bersama YSI dan DINPERKIM berupaya memberikan solusi kepada masyarakat terdampak banjir rob di Kab. Demak. “Dampaknya dirasakan permanen dan mereka tidak bisa ke mana-mana. Ada yang mau dan bisa direlokasi namun ada yang tidak, karena peluang mata pencahariannya di sana,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ir. Bambang menjelaskan situasi banjir rob yang tidak berkesudahan telah menyebabkan ratusan rumah penduduk tenggelam dan tidak lagi dapat ditempati. “Berbagai desa pesisir tertelan total oleh air laut yang semakin meninggi, dan permukiman lebih dalam terkena banjir berat pula,” lanjutnya.
Sejalan dengan itu, Sulistyowati menilai proyek ini penting digarap untuk memstikan kondisi hidup layak bagi para korban terdampak banjir. “Kami berharap kolaborasi ini akan menghasilkan suatu jawaban atas permasalahan ini,” harapnya.