Tim Kedaireka “Gastronomic City Branding Solo” Unika Soegijapranata atau Soegijapranata Catholic University (SCU) gelar nonton bareng film kuliner Kota Solo di Bioskop Cinépolis, Java Mall pada (7/12). Acara ini sekaligus merupakan peluncuran hasil karya penelitian yang telah dilakukan. Terdapat dua film yang ditayangkan yakni film “Karta Rasa” dan film dokumenter Solo yang menggambarkan keseluruhan kegiatan ketika penelitian.
Film bertajuk “Karta Rasa” ini merupakan representasi makanan-makanan yang melekat di Kota Solo. Film ini berupa film dokumenter hasil wawancara dengan toko makanan legendaris Solo, warung makan yang viral, sampai warung makan yang tempatnya sedikit tersembunyi atau hidden gems.
“Kenapa namanya Karta Rasa, karena Karta itu berasal dari Surakarta, kalau Rasa itu dari kata rasa. Jadi, Karta Rasa itu, ya rasanya (makanan) yang ada di Surakarta itu,” jelas Dhiyan Krishna Wardhani, ST., MUE, ketua tim Kedaireka ini.
Baca juga : Kedaireka Unika Soegijapranata Fokus Memperhatikan Kualitas UMKM Kuliner Solo
Selain film yang ditayangkan, ada juga peluncuran peta wisata kuliner seperti “Peta Surakarta berbagi Rasa” dan “Peta Dakarasa”.
“Peta Surakarta berbagi Rasa” adalah peta tematik yang menggambarkan titik kuliner di Kota Solo dengan tampilan yang sesuai tema kuliner. Sementara, “Peta Dakarasa” adalah titik peta kuliner di Kota Solo yang didapatkan dari hasil survei kepada masyarakat kota Solo dan juga wisatawan.
Kemudian, setelah melakukan survei yang memakan waktu cukup panjang. Diterbitkan juga buku yang berjudul “Buku Karta Rasa”. Secara khusus buku ini berisi kumpulan hasil survei kuliner Kota Solo dengan menampilkan kisah singkat setiap makanan serta foto estetik dari makanannya.
Dhiyan menyampaikan, setelah adanya penelitian ini ia berharap dapat meningkatkan identitas Kota Solo sebagai kota pariwisata yang bergerak di bidang kuliner. “Jadi, bisa semakin tahu bahwa kalau Solo itu bukan cuma sekedar kuliner legendaris aja yang terkenal. Tetapi juga ada hidden gems yang memang bisa dikunjungi,” terangnya.
“Lalu, yang kedua supaya minat teman-teman muda tidak melulu mereka itu hanya mengejar “globalisasi” bahwa kita wisata ke Kota Solo itu sudah keren. Nggak harus ke Singapura, nggak harus kita pergi ke Thailand. Jadi, Solo ini sudah sangat representatif karena sudah memiliki potensi yang luar biasa,” tambahnya.
[Humas Unika Soegijapranata/Dim]