Terapi seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang menegangkan bagi pasien serta cenderung terlalu monoton perlakuannya. Namun siapa sangka menari dapat digunakan sebagai terapi bagi pasien penderita Alzheimer maupun penyakit yang lain? Melalui workshop yang diselenggarakan oleh Center for Trauma Recovery Unika Soegijapranata, terapi menari dikupas dengan menyenangkan dan penuh keriangan pada hari sabtu (26/11) di Ruang Theater Gedung Thomas Aquinas.
Diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan, baik mahasiswa, guru TK/PAUD hingga perwakilan dari Rumah Sakit Jiwa di Kota Surakarta turut andil dalam workshop yang dibawakan oleh Bapak Kuriake Kharismawan, S.Psi.
Menurut Pak Ake, sapaan akrab bapak Kuriake Kharismawan menyebutkan bahwa dance therapy dapat melatih kemampuan interpersonal, kepercayaan diri serta membentuk konsep diri yang baik.
“Dance Therapy dapat digunakan untuk menolong orang dalam menceritakan berbagai permasalahannya melalui pengungkapan bahasa non verbal yang dipandang lebih mudah daripada bahasa verbal yang penuh kebohongan. Menurut Peter Lovatt (penemu dance therapy) Gerakan yang dibuat oleh seseorang biasanya merepresentasikan isi pikiran serta hormon yang sedang terjadi dalam tubuh. Semakin gerakan yang diciptakan atraktif, maka dapat disimpulkan bahwa hormon testosterone maupun esterogen yang ada dalam tubuh sedang tinggi atau dengan kata lain ia sedang dalam masa subur” ungkapnya.
Selain itu, gerakan tubuh juga menyampaikan pesan khusus yang tersirat dan langsung dari fikiran serta bawah sadar. Beberapa gerakan dance juga membantu seseorang untuk menyampaikan sesuatu yang mengganggunya yang kemudian disebut Dance Movement Therapy. Dance Movement Therapy ini dapat membantu mengekspresikan semua emosinya dengan tarian secara bebas serta mereka diminta memindahkan rasa sakit, sedih dan bahagia dengan gerakan.
“dance juga membantu kita semakin kreatif, kreatif tidak hanya merepresentasikan pikiran melalui gerakan namun juga mendorong kita untuk berfikir kreatif dalam menciptakan gerakan yang indah. Selain itu juga melalui dance juga dapat membantu dalam terapi bagi lansia yang fungsinya membantu agar lansia bergerak secara aktif dan mengurangi resiko penyakit degenerative seperti Alzheimer, Parkinson.” jelas Ake.
Dance therapy ini sangat berguna bagi lansia terutama pada atensi mereka, melalui gerakan mereka belajar mengenai step-step dalam gerakan, mencegah pengeroposan tulang yang terjadi pada usia lansia. Gerakan juga mampu membawa seseorang menuju ke kesadaran yang lebih besar lagi. Kesadaran tersebut juga berguna bagi perasaan yang nantinya timbul rasa nyaman.
“Mungkin yang pernah mengunjungi diskotik dengan kondisi yang sedang penuh masalah biasanya akan merasakan ketenangan dan kelegaan yang sangat ketika sudah ada didalamnya. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena apa yang mereka rasakan akan ditularkan melalui gerakan yang sesuai dengan emosinya serta lagu yang diputar juga menggambarkan suasana hati mereka yang saat itu dirasakan, sehingga ia bebas melepaskan seluruh beban dan lupa akan semua masalahnya. Hal ini terlepas dari dunia gelap seperti alcohol dan obat-obatan terlarang namun hanya sekedar melampiaskan emosi dalam gerakan saja” imbuhnya lagi. (Ign)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah