Pada Kamis (18/2) telah diselenggarakan Webinar Mozaik_mozaik Arsitektur Nusantara seri 01 tahun 2021 dengan tema “Empyak Penaung dan Prinsip-Prinsip Kesamaannya Dalam Konstruksi Atap Nusantara,” yang diselenggarakan secara virtual melalui zoom.
Hadir sebagai narasumber dalam acara yang banyak dihadiri oleh para praktisi dan akademisi arsitektur ini, salah satu narasumbernya adalah Ir Ch Koesmartadi MT IAI dari Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata.
Dalam paparan materinya, Ir Ch Koesmartadi MT IAI menjelaskan salah satu bagian dalam struktur bangunan rumah tradisional di Indonesia.
“Konstruksi atap empyak merupakan karya asli orang Jawa. Sistem pernaungan terhadap panas dan hujan berbentuk lempengan hasil raguman bambu, dengan konstruksi original tanpa kuda-kuda yang mengandalkan plat empyak penaung sebagai penyangga,” jelas Ir Koesmartadi.
Bentuk ini dugaan kuat memiliki kesamaan dengan atap di seluruh nusantara, yaitu tanpa menggunakan kuda-kuda, hanya mengandalkan batang miring atau usuk atau rusuk sebagai kekuatan, imbuhnya.
Sebagian besar arsitektur nusantara di Indonesia, kecuali di Papua, semua rumah itu hanya diletakkan, artinya kalau diletakkan berarti rigit di atas itu menjadi persyaratan. Mengapa kita melihat rumah dipindah tidak roboh? Karena katanya saat terjadi gempa, kekuatan yang dari bawah itu menstransfer ke atas jadi yang dibawah hanya bergoyang-goyang saja.
Disamping itu juga memiliki sifat lentur, dan semua karya arsitektur nusantara adalah tiga dimensi. Dan Desain empyak itu memang konstruksi pabrikasi yang mempertemukan empat bidang yaitu empyak dua bidang dan kejen, dan itu menurut saya merupakan bagian dari upaya manusia untuk bertindak supaya ternaungi tidak kehujanan dan kepanasan sehingga ada perhitungan kemiringan, sudut atas dan sebagainya, itu merupakan roh-roh yang dimiliki di dalam penciptaan karya atap empyak.
Jadi konstruksi empyak adalah sebuah desain atap tradisional dengan ciri-ciri sisi-sisinya saling bertumpuan di satu titik. Konstruksi itu mengandalkan di bagian atas. Dulunya empyak itu didesain atapnya ditutup dengan ijuk dan memang jaraknya disesuaikan dengan jarak ijuk sehingga munculnya ada beberapa elemen-elemen yang bisa dipakai sebagai penguat empyak, terangnya.
Empyak itu memiliki keistimewaan bahwa saat bekerja memasang genteng itu bisa difungsikan sebagai perancak kerena yang interior dibawahnya sudah rapat dan mereka bisa bekerja di atas tanpa kebingungan kita untuk bekerja di bawahnya.
Setelah berfungsi bisa sebagai penahan panas, dan mengurangi bocor air masuk ke dalam ruangan karena usuk rapat sekaligus sebagai talang yang mengalirkan air juga berfungsi sebagai interior ruang, papar Ir Koesmartadi.
“Adanya kebutuhan untuk bernaung dalam kondisi iklim tropis (tidak kepanasan dan kehujanan) itu menjadi keutamaan bagi penghuni atap empyak. Sedangkan kebutuhan konstruksi rangka penyangga menyesuaikan bentuk atap empyak. Jadi dengan kata lain, empyak itu menjadi bentuk yang utama, dan penyangga dibuat bermacam-macam serta berfungsi sebagai peyangga, sehingga tidak ada aturan baku tentang penyangga,” jelasnya.
Sedangkan prinsip atap empyak adalah (pertama) merupakan konstruksi bidang dengan perkuatan raguman menyatu sebagai satu kesatuan dengan lempengan atap, (kedua) tidak ditemukan sambungan pada rusuk miring, (ketiga) batang horizontal bukan sebagai penahan namun sebagai penjepit, (keempat) keempat bidang empyak dirangkai dibawah untuk kemudian distel di atas, (kelima) keempat bidang empyak berfungsi sebagai konstruksi bidang, dan (keenam) memiliki modul penutup atap dari ijuk, sekarang berganti atap genteng.
Sedangkan prinsip empyak dalam bangunan lain di Indonesia ada beberapa macam, yaitu empyak plat pelana, empyak pelana ditakik (ditekuk), empyak empat lempeng ditakik, empat lempeng bersusun, empyak setengah bola atau menggembung, empyak bukulan lengkung, empyak kerucut, empyak kerucut oval, dan empyak unik, pungkasnya. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi