Rika Saraswati PhD dan Rotumiar Pasaribu SS Mkom, dosen Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Unika Soegijapranata, pada hari Kamis (25/10) menjalankan kegiatan ‘Anti Hoax Movement Peacebuilding Initiative For Service Learning Program’ di SMA Theresiana, sebagai bagian realisasi atas usulan penelitian yang didanai oleh United Board For Christian Higher Education in Asia (UBCHEA).
“Jadi kami mengajukan proposal usulan penelitian yang kemudian disetujui untuk didanai UBCHEA. Rencananya kegiatan ini secara keseluruhan akan diselenggarakan di empat SMA. Yang pertama ini di SMA Theresiana, yang kedua nanti di SMA Saint Louis, sedangkan yang dua lagi kita masih melakukan konfirmasi dari SMA PL Don Bosco dan SMAN 6 termasuk SMA Kebon Dalem, jadi karena sebenarnya empat sekolah tapi karena ada yang tidak bisa, kami lalu mencari alternatif,” jelas Rika Saraswati.
“Dalam kegiatan ini kita juga membuat modul untuk anak-anak SMA, karena sasaran kita anak-anak remaja. Jadi sebenarnya kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan kita dengan maraknya berita hoax dan pemakai media sosial yang kebanyakan adalah anak muda. Karena generasi milenial banyak menggunakan internet dan media sosial, maka kita menyasarnya ke anak-anak SMA. Dan modul ini memang kita sesuaikan dengan anak SMA. Jadi modulnya adalah modul yang bisa diakses melalui internet,” imbuh Rika.
“Harapan dari kegiatan ini, anak-anak diperkenalkan mengenai apa itu hoax, lalu jenis-jenis hoax apa saja, kemudian bahayanya hoax itu apa, kemudian termasuk dari aspek hukumnya, supaya anak-anak ini paham kalau misalnya menyebarkan ancaman atau kebencian hukumannya apa, supaya mereka berpikir dua kali sebelum menyebarkan berita yang mungkin mereka juga nggak paham ini benar atau tidak,” tandas Rika.
Sementara dari pihak pendidik sekolah SMA Theresiana yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan, Yoseph Suyatmin Pambudi SS, mengemukakan pendapatnya berkenaan dengan kegiatan gerakan anti hoax pada anak didiknya.
“Dari pihak saya pribadi maupun juga mewakili sekolah, kegiatan ini sangat menarik dan juga memberikan wawasan baru bagi anak-anak, karena saya kira ini menjadi isu penting yang juga harus menjadi perhatian kita terutama di dunia pendidikan. Berita hoax juga akan berpengaruh bagi anak-anak, hal-hal yang sekiranya mungkin dirasa berita itu kurang benar atau kurang pas itu kan masih harus disikapi dengan bijaksana supaya nanti tidak menyebar dan juga tidak menjadi berita yang berpengaruh negatif bagi orang lain, atau memecah belah persatuan” ungkap Pambudi.
Sedang salah satu siswa yang mengikuti kegiatan gerakan anti hoax, Aditya Yoga Susanto yang masih duduk di kelas XI SMA Theresiana mengungkapkan pendapatnya,” Kesan saya dari pembelajaran tadi, kita bisa tahu mana yang berita hoax dan mana yang bukan. Kita juga bisa tahu bahwa kita sebagai generasi muda bangsa ini harus bisa memilih-milih berita, kita harus mengecek kepastian berita tersebut tidak asal menerima. Jadi kita sebagai pelajar juga jadi tahu bagaimana cara memilih berita dan cara menyaring berita dengan benar tidak asal membagikan kiriman atau postingan dari media sosialnya teman,” ucapnya.
“Kalau menurut saya, kita sebagai generasi muda harus melawan berita hoax dan penyebaran kebencian karena dengan adanya berita tersebut akan dapat memecah memecah belah masyarakat atau bahkan bangsa ini. Jadi masyarakat akan bingung dan resah, jadi kita sebagai generasi muda yang baik, kita harus yang memerangi berita tersebut. Jika berita tersebut palsu dan meresahkan, segera laporkan kepada pihak yang berwajib agar segera bisa ditindaklanjuti dan tidak menyebabkan perpecahan,” sambungnya. (fas)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah